Tidak bisa disangkal, Perusahaan Jamu Sidomuncul telah menjelma menjadi perusahaan jamu terbesar dan termodern di Indonesia saat ini, dengan aneka keberhasilan yang menyertai.
Namun, keberhasilan yang mengundang decak kagum banyak orang itu, tidak membuat Irwan ”Bos Sidomuncul” itu membusungkan dada.
Dia justru merasa bukan siapa-siapa. ”Saya hanya menjadi orang yang beruntung. Ini semua karena kekuatan Invisible Hand, ya Tuhan sendiri yang menyertai saya dan perusahaan ini,” katanya ketika memberi orasi pada upacara penganugerahan Gelar Doktor Honoris Causa kepadanya di Universitas Negeri Semarang (UNNES) pada 13 November 2024.
Sebagai seorang beriman, Irwan selalu berdoa menyerahkan perusahaannya ke dalam penyelenggaraan Tuhan (Providentia Dei).
Bahkan suatu kali dia mengatakan, ”Perusahaan ini adalah milik Tuhan. Saya hanya pengerja yang mencoba setia dan bekerja keras.”
Yang menarik, keberhasilan yang dia dapatkan, tidak ia nikmati sendiri. Dia lalu mengungkap rasa syukurnya atas keberhasilannya itu dengan melakukan berbagai aksi sosial.
Selama bertahun-tahun, perusahaannya menyalurkan sumbangan setiap kali terjadi bencana alam, membantu biaya operasi katarak, membantu penanganan stunting, dan sebagainya. Dan setiap kali memberi, selalu dalam jumlah besar—ratusan juta.
Menariknya, Irwan selalu melakukan publikasi atas aksi-aksi sosialnya tersebut.
Dia memiliki beberapa alasan atas publikasi itu. Pertama agar konsumen mengetahui tindakan kemanusiaan perusahaannya dan tergerak untuk mendukung sehingga tetap bisa melakukan aksi-aksi serupa.
”Kami mau katakan bahwa keuntungan yang kami dapatkan tidak kami nikmati atau makan sendiri. Kami tetap berbagi karena tidak seluruhnya adalah hak kami,” ungkapnya.
Kedua, dengan itu, secara tidak langsung Irwan dan Sidomuncul-nya mau mengajak setiap orang untuk memiliki sikap memberi.
Dia percaya bahwa setiap orang, apa dan bagaimana pun keadaannya memiliki kemampuan untuk memberi dalam aneka bentuk, dan itu memberi kenikmatan.
Dia sendiri mengaku, sikap memberi yang dia lakukan memberinya kepuasan batin, bahkan ketenangan.
”Kalau saya sudah merasakan manfaat langsung dari sikap memberi itu, mengapa saya tidak lakukan terus?” ungkapnya retoris suatu kali di kantornya. (tD)