Keputusan DR (HC) Irwan Hidayat untuk berhenti meniru cara kerja beberapa pabrik jamu yang sudah maju membuahkan hasil. Menariknya, keputusan itu tidak hanya berimbas pada perusahaannya, tapi juga langsung dirasakan oleh pihak lain, yakni para petani.
Irwan melakukan berbagai langkah strategi. Salah satunya, mulai menggunakan bahan jamu berkualitas. ”Sebelumnya, kami tidak pernah memperhatikan kualitas bahan-bahan baku yang kami gunakan,” jelasnya.
Untuk menjaga kualitas bahan baku jamu produksi perusahaannya dia membangun kerjasama dengan 145 kelompok tani untuk menghasilkan bahan baku jamu yang ”terstandart”. ”Dulu, bahan bakunya kami beli dari supplier, sekarang kami melakukan standarisasi dengan menanam sendiri bersama kelompok tani,” jelas pria kelahiran Yogyakarta, 77 tahun silam ini
Standarisasi dimulai dari menanam kunyit dan jahe. Kunyit-kunyit yang ditanam menggunakan benih kunyit yang sama, ditanam di Tawangmangu (tempat yang sama, dengan ketinggian yang sama) dan perlakuan atau perawatan yang sama, kemudian dilakukan ”Pasca panen” dengan cara yang sama pula.
Setelah membeli pun, hasil tanaman tersebut masih harus di-screening di labolatorium Sidomuncul dengan berbagai peralatan yang lengkap. Lalu setelah diproduksi, pada produk kembali dilakukan standarisasi dengan menambahkan zat aktif yang dibutuhkan sesuai standart kami.
Dari program yang sudah jadi, Sidomuncul lakukan quality control yang standart pula. Bagi Irwan, produk Sidomuncul harus bebas dari pestisida, pupuk, afla toksin, logam berat, DNA babi dan bebas pula dari Etilen glikol (EG) dan Diethylene glycol (DEG). Pada setiap batch, perusahaan memiliki sertifikasi analisisnya atau COE-nya.
”Untuk ini, kami punya SDM yang sudah berpengalaman puluhan tahun,” aku Irwan meyakinkan. (tD/EDL)