Predikat apa yang paling kuat disematkan pada Romo Sugiri SJ (alm)? Dalam khotbahnya pada Misa Pelepasan jenazah di Gereja Santa Theresia, Menteng Jakarta Pusat pada 12/06/20, Romo Chris Purba SJ yang adalah Moderator Pembaruan Karismatik Katolik Keuskupan Agung Jakarta mengatakan, “Romo Lambertus Sugiri identik dengan karismatik atau karismatik identik dengan Romo Sugiri. Romo Sugiri adalah tokoh perintis Karismatik Katolik di Indonesia. Romo Sugiri berinisiatif menggeluti Karismatik secara serius. Bahkan di kalangan Yesuit dulu pernah ada celetukan ‘karismatik itu kerajaannya Romo Sugiri’”
Lanjut Romo Chris, pimpinan SJ sempat khawatir Romo Sugiri bisa mengganggu moderator penggantinya. Kekhawatiran ini tidak terbukti. Seperti dikatakan Romo Simon Lili Tjahyadi Pr di Sesawinet dan dikutip Romo Chris, “Romo Sugiri SJ ternyata terbukti sebagai pribadi lepas-bebas. Setelah dirinya bukan lagi Moderator Nasional Gerakan Pembaruan Karismatik dan kemudian posisi dan tugasnya digantikan oleh Romo Koelman SJ mulai tahun 1990-an, beliau praktis tak terlibat banyak di sana. Waktu itu, Romo Koelman SJ sampai memberi kesaksian bahwa Romo Sugiri sungguh tak masuk campur tangan lagi di sini. Ini baik, sebab memberikan keleluasaan pada para penerusnya.’”
Romo Sugiri tambah Romo Chris, tidak ingin dirinya dijadikan dewa PKK, sebab dia hanya seorang imam seperti hamba yang setia dalam Injil, “Aku hanya seorang hamba yang setia dan tak berguna, yang menjalankan tugas yang diberikan kepadaku.”
Misa pelepasan tersebut dipersembahkan secara konselebrasi oleh tiga Imam: Romo Subagyo Pr (konselebran utama), Romo Steve Winarto Pr dan Romo Chris Purba SJ diiringi sebuah paduan suara yang bernyanyi dengan baik.
Sejumlah umat menghadiri Misa tersebut. Mereka duduk dalam jarak yang telah ditentukan untuk menjaga jarak. Bahkan para petugas memeriksa suhu badan setiap umat di pintu gerbang. Umat yang lain mengikuti Misa tersebut yang dipancarkan secara livestreaming oleh Komsos Santa Theresia.
Ketua Badan Pembaruan Karismatik Nasional (BPN) Endie Raharja mengenang Romo Sugiri sebagai seorang pemimpin yang visioner. Yang sejak lama memiliki mimpi-mimpi besar. Dia mengimpikan awam mampu mewartakan Injil. Karena itu, imam yang sangat gemar membaca dan belakangan senang melukis mendirikan Sekolah Evangelisasi Pribadi. Ia juga memimpikan suatu oase rohani, tempat orang dapat mengalami kasih dan sentuhan Tuhan di tengah hiruk-pikuk kota Jakarta, maka ia mendirikan Gedung Shekinah, yang menjadi Pusat Pembaruan Karismatik.
“Beliau juga adalah pribadi yang sangat menyejukkan. Saya tidak akan pernah melupakan pelukan beliau setiap kami bertemu. Saya dapat merasakan kasih yang keluar dari hatinya, yakni kasih seorang bapak terhadap anaknya. Dan kesejukan itulah yang diingat oleh banyak orang. Kemarin saya share kepergian beliau di WA group Pemimpin PKK se-Asia Oceania, banyak yang masih mengingat beliau walau perjumpaan terjadi pada tahun 1980. Ini menandakan beliau adalah pribadi yang sangat menggembirakan orang lain,” kenang Endie.
Hal yang senada dikatakan oleh Thomas Juswanto Prananto. Romo Sugiri kata Juswanto, selalu memotivasi orang termasuk dirinya untuk mengandalkan Tuhan dan Roh Kudus. “Saya bertahan melayani sampai saat ini karena motivasi dari beliau. Setiap kali saya down dalam pelayanan, Romo selalu katakan ayo bergerak maju. Ini dorongan yang sangat luar biasa,” ungkap pengajar dan pewarta senior yang bergabung dengan Karismatik pada 1998, padahal sebelumnya tidak suka dengan Karismatik.
Di mata Juswanto, perjuangan Romo Sugiri dalam mengembangkan Karismatik sangat gigih di tengah tantangan dan penolakan. “Saya yakin, ini karena Roh Kudus yang begitu kuat bekerja dalam diri Romo Sugiri,” pungkas Juswanto. (tD/EDL)