![](https://www.tempusdei.id/wp-content/uploads/2024/12/TEMPUS-1.jpg)
Ketika bertemu dengan Presiden ke-5 RI Megawati Soekarnoputri di Vatikan pada Selasa (4/2) sore, waktu setempat, Mgr. José Maria del Corral selaku Presiden Global Scholas Occurrentes meminta kesediaan Megawati menjadi anggota dewan penasihat Scholas Occurentes.
Mendapat tawaran tersebut, Megawati mengaku merasa terhormat. “Saya merasa terhormat diminta membantu Scholas Occurentes,” kata Megawati. Dibalas Mgr Jose, “Ini rumah Anda, Madame.”
Pertemuan berlangsung hangat dan membahas sejarah panjang antara Vatikan dan Presiden Pertama RI, Soekarno. Megawati pun sempat menyinggung dialognya saat bertemu Paus di Vatikan akhir 2023.
Scholas Occurentes didirikan pada tahun 2001 di Buenos Aires Argentina oleh Mgr Jorge Mario Bergoglio yang kemudian menjadi Paus Fransiskus. Pada tahun 2001 itu, Paus Fransisikus masih menjadi Uskup Keuskupan Buenos Aires.
Gerakan Scholas Occurentes diluncurkan kembali secara global pada 2013 dan berkantor pusat di Roma. Semboyan Scholas Occurentes “Towards an Education Without Borders”.
Jose Maria juga menjelaskan, Paus Fransiskus mendirikan The Universidad del Sentido atau University of Meaning, sebuah universitas otonom baru yang berkantor pusat di Vatikan dan dikelola Scholas Occurrentes.
Mgr Jose Maria pun menawarkan 100 beasiswa bagi pelajar dari Indonesia yang ingin bergabung dengan universitas tersebut.
Ketua DPP bidang Luar Negeri PDIP, Ahmad Basarah menjelaskan pertemuan Megawati dan Mgr Jose Maria bukanlah yang pertama. Sebelumnya (2/10/24) Megawati telah menerima audiensi Mgr Jose Maria del Corral di Jalan Teuku Umar, Menteng, Jakarta Pusat.
Jelas Basarah, Megawati sangat mengapresiasi peran Scholas Occurentes dalam mencerdaskan anak-anak muda melalui pendidikan yang inovatif dan membebaskan serta memupuk toleransi sejak usia dini.
Basarah menuturkan, Megawati diminta untuk menjadi semacam Chairperson of Advisory Board Scholas Occurentes yang akan dibentuk di Indonesia.
Advisory Board akan beranggotakan tokoh-tokoh nasional dengan latar belakang yang berbeda, mewakili kelompok budaya dan agama di Indonesia,” kata Basarah. (Das/tD)