![](https://www.tempusdei.id/wp-content/uploads/2024/12/TEMPUS-1.jpg)
YOGYAKARTA-Panitia pengusul agar negara menggelari Romo YB Mangunwijaya “Pahlawan Nasional” terus bekerja.
Panitia yang sebagian besar anggotanya berasal dari Ikatan Alumni Filsafat Teologi (IKAFITE) Universitas Sanata Dharma (USD) Yogyakarta itu diketuai oleh A. Kunarwoko, dan telah melakukan sejumlah kegiatan terkait.
Yang terbaru adalah peluncuran buku “YB Mangunwijaya Demi Manusia dan Bangsa — Esai-Esai Perjuangannya bagi Indonesia” di Auditorium Universitas Atma Jaya Yogyakarta pada 10 Februari 2025. Buku ini berisi puluhan esei yang ditulis para kontributor dari berbagai kalangan.
Peluncuran ditandai dengan pembukaan kain penutup cover buku Romo Mangun oleh Kepala Dinas Sosial DIY yang diwakili Kepala Bidang Pemberdayaan Sosial Tri Susilastuti, AKS.
Dalam buku yang Kardinal Suharyo sebut sebagai Opus Magnus” atau “Karya besar” karena berisi tulisan tentang orang besar tersebut dan ditulis oleh orang-orang hebat, tersua tulisan dua orang Kardinal Indonesia, Ketua KWI Mgr. Antonius Subianto Bunjamin OSC, Uskup Agung Semarang Mgr. Robertus Rubiyatmoko, Sri Sultan Hamengku Buwono X, Menteri Agama K.H. Nasaruddin Umar.
Ada pula tulisan Sukidi Ph.D, Dr. Karlina Supeli, Prof. Siti Musdah Mulia, Prof. Darwis Khudori, Prof. CB Mulyatno, Ayu Utami, Sudhamek AWS dan lebih dari 50 penulis.
Romo Franz Magnis Suseno pun menyebut buku yang disunting oleh dua wartawan senior dari KOMPAS dan TEMPO, yakni St. Sularto dan A. Margana tersebut sebagai buku yang “Berbobot luar biasa”.
Menyentuh dengan Cara Sederhana
Di mata Sularto, selain merupakan pastor, Romo Mangun juga adalah aktivis gerakan sosial kemasyarakatan lewat pemberdayaan dan penataan lingkungan kelompok masyarakat miskin terpinggirkan-tertindas.
Romo Mangun juga seorang guru yang mempersiapkan manusia Indonesia terampil berpengetahuan, demokratis, tahu keterbataan diri dan berbela rasa lewat Pendidikan yang Memerdekakan.
Selain itu, Romo Mangun merupakan sastrawan yang melalui novel-novelnya menggerakkan pembacanya untuk mencintai Indonesia secara kritis. “Melalui tulisan-tulisannya, Romo Mangun berhasil menyentuh hati pembaca dengan cara yang sederhana namun kuat,” kata Prof. Arum.
“Dia adalah novelis yang diinspirasi dan dilandasi niat pembelaan manusia miskin dan terpinggirakan. Ia seorang novelis yang berbicara dengan hati, sejalan dengan perjuangan dan obsesinya meningkatkan harkat martabat manusia,” Sularto.
Romo Mangun juga adalah juga pelopor gerakan pluralisme. Dia menempatkan agama-agama tidak sebagai yang memisahkan, tetapi yang mempersatukan.
Prof. Al Makin, salah satu pembicara menyebut Romo Mangun sebagai figur lintas iman yang memiliki keberanian luar biasa untuk melawan ketidakadilan.
“Courage is the mother of all values,” katanya. Ini mencerminkan semangat Romo Mangun yang tak pernah gentar meski menghadapi tantangan besar. (tD/Alf/sbr)