Mon. Nov 25th, 2024

Gunakan Gadgetmu Untuk Membantu Hidupmu, Bukan Untuk Merusak Hidupmu

Anthony Dio Martin

Oleh Anthony Dio Martin

Kecerdasan emosional

Perangkat digital! Entah itu internet, berbagai aplikasi sosial media yang sekarang kita terbiasa. Hingga berbagai hiburan serta aplikasi lain yang biasa kita pergunakan. Bisakah dibayangkan, bagaimanakah hidup kita tanpa berbagai perangkat alat itu sekarang? Bahkan, seringkali orang mengatakan, “Tahu nggak, hal pertama yang sekarang orang cari ketika ia bangun adalah, gadget-nya!” Ada pula yang mengatakan, “Lebih baik ketinggalan dompet, daripada ketinggalan gadget.” Ya, iyalah, sekarang dengan gadget orang bisa melakukan transaksi, kok. Itulah hidup kita yang begitu dipermudah oleh perangkat digital kita saat ini.

Tapi, eitss.. ! Di balik itu, bencana juga mengintai. Seseorang bisa dibully oleh netizen karena komentarnya yang tidak bersahabat atau sikapnya yang tidak ramah. Seorang selebritis dan pejabat, bisa jatuh pamor dan kredibilitasnya, hanya dalam sekejab, hanya gara-gara perangkat digital. Begitu juga sudah tidak terhitung berapa banyak korban bully atau body shaming, hingga si korban mengalami depresi berat bahkan banyak pula yang sampai bunuh diri. Betapa mengerikannya!

Nah! Di sinilah kita bicara soal pentingnya cerdas emosi kita dalam mengendalikan perangkat digital yang kita miliki. Selama ini kita berpikir hanya perlu cerdas intelektual untuk tahu mengoperasikan berbagai alat digitial kita. Ternyata Itu salah! Malah, lebih penting, kita memiliki kecerdasan emosi dalam mengelola perangkat digital kita agar kita tidak menjadi korban. Agar diri kita, nggak jadi makin nggak produktif ataupun reputasi dan branding kita jatuh, gara-gara perangkat digital! Itulah sebabnya pepatah mengatakan, “Digital is about people, not technology. So, it’s about emotional intelligence, not artificial  intelligence.” Digital itu soal manusia, bukan teknologi lho. Jadi lebih butuh kecerdasan emosional, bukan kecerdasan artifisial. Sebuah kalimat yang pantas kita renungkan!

Jadi bagaimanakah caranya kita bisa menjadi produsen, bukan konsumen semata. Bukan hanya jadi korban, tapi juga bisa mendapatkan manfaat dari perkembangan teknologi digital yang luar biasa ini? Itulah sebabnya, kalau disimpulkan kita membutuhkan 4 kunci pokok EQ Digital atau digital yang berbasis Kecerdasan Emosional. Apa sajakah itu?

Pertama-tama, kenali hubungan kecerdasan emosi dengan digital. Paling tidak, sadarilah bagaimana emosimu sebenarnya juga tercermin di perangkat digitalmu. Jangan sampai semua emosi, termasuk segala kemarahan dan sumpah serapah kita keluarkan tak terkenali di sosmed, misalnya.

Kedua, belajar dan teruslah beradaptasi dengan perangkat digital yang baru. Ada orang yang mulai alergi dan bingung dengan perkembangan teknologi digital. Jika kita mau selamat di era ini, kita juga perlu belajar beradaptasi. Kenali, bukan berarti kamu harus jadi pecandunya. Tapi, belajarlah untuk bisa menggunakannya.

Ketiga, gunakanlah sebagai alat untuk membantu hidupmu, bukan mengganggu apalagi merusak hidupmu. Karena itulah jangan hanya pasif. Nyatanya, ada banyak, kok fitur dari perangkat digital yang bisa dipakai untuk membantu kehidupanmu menjadi lebih mudah. Nah, gunakanlah itu.

Keempat, biarlah hidupmu menjadi semakin sejahtera, semakin mulia karena adanya perangkat digital itu. Perangkat digital bisa dipakai sebagai alat untuk berbagai berkat, alat untuk menolong, alat untuk memberikan inspirasi positif. Bayangkan, dengan komunikasi tradisional, paling yang bisa mendengarkan Anda cuma beberapa orang tapi dengan digital, ada puluhan ratusan bahkan ribuan yang bisa mendengarkan Anda.

Mengasah kecerdasan emosional.

So, mari kita menggunakan perangkat digital kita bukan hanya dengan pintar saja, tapi juga dengan cerdas emosi. Kalau itu tidak membuat hidup kita lebih positif, lebih produktif, lebih bermakna, lebih berharga dan lebih mulia, maka ada yang nggak beres dengan cara kita menggunakan perangkat digital kita.

Lantas, apa tips agar kita bisa cerdas emosi dengan digital di tangan kita? Di bagian terakhir ini, mari kita bicara soal bagaimana menggunakan 4 kompetensi kecerdasan emosional (EQ) dalam menggunakan perangkat digital. Sekaligus ini juga menjadi tips, bagaimana cerdas dengan perangkat digital yang kita pergunakan setiap hari.

Pertama: Kesadaran Diri. Mulai sekarang, ketahuilah emosi kamu, khususnya saat memakai gadget. Jangan sembarangan tekan tombol apalagi, kalau emosi kita lagi nggak bagus. Jangan sembarangan kasih komen atau status! Hati-hatilah dengan kondisi diri kita apalagi pas lagi mengalami yang namanya HALTS (hungry, angry, lonely, tired, stress).

Kedua: Pengelolaan Diri. Hati-hati dan belajarlah untuk mengendalikan emosi, khususnya saat mood lagi nggak bagus. Jangan gampang terpancing dan terpengaruh oleh komen-komen orang di sosmed. Termasuk juga waspada serta jaga jarak dengan orang-orang yang mungkin gampang memberikan komentar negative di sosmed. Termasuk belajarlah tidak terlalu peduli dengan komen-komen para hatters.

Ketiga: Kesadaran Terhadap Orang lain. Milikilah empati, meskipun itu hanya perangkat digital. Jadi, jangan cuma mau cerita tentang dirimu, kasih juga panggung buat orang lain. Berempatilah, saat orang lagi berduka, dll. Jangan hanya ingin di-like dan di-comment, sementara kita sendiri tidak mau melakukannya buat orang lain.

Keempat: Kelola Hubungan. Berinteraksilah dengan orang lain, dan milikilah kesadaran pula dengan group seperti apakah kita sedang berinteraksi. Misalkan saja: saat kita melemparkan sebuah joke ke dalam komunitas yang kita gabung, hati-hatilah. Kita harus bisa membaca peta interaksi dan kebiasaan sebuah group. Misalkan saja, ini komunitas yang ngomongin soal apa? Apa yang agak tabu di bahas di group tersebut? Siapa sih leader-nya? Miliklah pengetahuan dan pemahaman itu sebelum kita komen ataupun melemparkan ide, pikiran hingga joke kita. Jangan sampai kita melemparkan di tempat yang salah, yang membuat kita di-blacklist ataupun dibenci, gara-gara komen yang salah tempat.

So, di bagian terakhir ini, dapat kita simpulkan bahwa tujuan terakhir dari cerdas emosi dengan perangkat digital adalah jangan sampai kita diperbuat dan diperalat oleh berbagai perangkat digital. Jika perlu, mestinya kitalah, yang bisa “memperalat” digital itu. Stay productive dengan perangkat digital kita!

Anthony Dio Martin: Writer, inspirator, speaker, entrepreneur (WISE). CEO Excellency dan penulis 18 buku best seller penerima MURI Award. Narasumber tetap acara “Smart Emotion” di radio smartfm. Executive coach, yang oleh media dijuluki “The Best EQ Trainer Indonesia”. IG @anthonydiomartin; youtube channel: Anthony Dio Martin Official.

Related Post

Leave a Reply