Oleh Emanuel Dapa Loka
Link puisi: https://www.youtube.com/watch?v=Ba0bezjsGzI
Umbu Zasa, tunai sudah langkahmu memijak bumi tempat kita tinggal, membalik tanah dan meninggal ini
Purna sudah perjalananmu dalam tarikan nafas penghabisan pada paruh ketiga Juni, bulan bermahkota mawar
Kini tak akan lagi lincah tanganmu yang menabuh tambur kecintaanmu dan diikuti riuh gong dan sorak kemenangan
Tak akan ada lagi sapaan hangatmu, ketegasan katamu tatkala bergagas bagi peranjakan Sumba menuju singgasana
Sesungguhnya, hidupmu adalah bianglala yang membujur pada tiang langit untuk mengajak anak-anak negeri sabana beranjak menjemput matahari
Hidupmu adalah cahaya rembulan purnama yang menggelorakan jiwa, yang menyejukkan pandang, yang menyiangi, yang menyirami jiwa
Kini anak-anak pulau keramat Sumba menatapmu pada batas pandang tak berdaya karena Dia yang empunya kehidupan memanggilmu pulang
Pulangkah! Namun dari sana, tetaplah menabuh tambur keramat untuk menghimpun pikir dan rasa kami: kawan, adik dan karibmu untuk berkanjang memacu nafas di antara nafas
Mencucurkan keringat di antara keringat lainnya bagi perjuanganmu yang belum selesai.
Selamat jalan, Kakakku. Bersiramlah di surga baka, parai marapu. Bersiramlah di keabadian bersama Allahmu, Allah kita bersama. SALAM SATU SUMBA
CATATAN: Mikael Umbu Zasa adalah budayawan Sumba, NTT yang sangat mencintai tanah kelahirannya. Wujud cintanya ia tunjukkan dengan menghadirkan budaya Sumba dalam berbagai kesempatan. Ia bahkan mempromosikan budaya Sumba, terutama tarian, irama gong dan tenunan Sumba sampai ke Australia.
Umbu Zasa dikenang sebagai pribadi yang rendah hati, suka menolong. Kepergiannya pada 23 Juni 2020 lalu meninggalkan duka mendalam bagi keluarga dan para sahabat. Ayah dari tiga anak ini dimakamkan di Sumba.
Puisi tersebut dibacakan oleh Emanuel Dapa Loka, dalam acara pelepasan dan kenangan bagi Umbu Zasa di Lembah Cibubur pada 24 Juni sebelum dibawa pulang ke Sumba, NTT. Selamat jalan, Umbu Zasa.
Amin. Luar biasa Kakak Eman
Selamat jalan teman seperjuangan