Oleh J. Irwan Hidayat, Presiden Direktur PT Sido Muncul
Pandemi Covid-19 yang sedang melanda dunia termasuk Indonsia membuat masyarakat dunia khawatir. Ini terutama karena penularannya yang cepat, telah menelan banyak korban, obat dan vaksinnya belum ditemukan sampai saat ini.
Pada waktu yang sangat kekhawatiran ini, banyak sekali berita viral tentang tanaman herbal yang “katanya” bisa mencegah atau menyembuhkan penderita Covid-19. Banyak produk bermunculan secara mendadak yang dibuat oleh pabrik jamu bahkan oleh anggota masyarakat, yang dulunya belum pernah membuat jamu. Ada minuman jahe, empon empon, daun kelor yang katanya bisa mencegah Covid-19. Bahkan minyak kayu putih juga dipercaya bisa mencegah penularan Covid-19.
Industri farmasi pun ikut-ikutan membuat produk-produk yang sama seperti susu jahe, daun ciplukan, melinjo, pete, dan lain-lain. Kabarnya, semua itu bisa mencegah Covid-19.
Industri farmasi pun akan membuat jamu/herbal dengan istilah baru: OMAI (Obat Modern Asli Indonesia). Apa tidak salah? Menurut pendapat saya, itu sebuah kemunduran.
Mengapa? Saya mempunyai pemikiran lain yang semoga bermanfaat. Menurut saya, sebaiknya industri farmasi fokus pada obat farmasi. Dengan dukungan modal yang kuat, Farmakolog, para dokter, peneliti dari perguruan tinggi Indonesia dan pemerintah sebaiknya mengembangkan obat-obat masa depan seperti Bio Medicine, Stemcell, obat kanker, vaksin, obat jantung dan masih banyak lagi. Atau memproduksi bahan baku obat. Ini supaya kita tidak terlalu tergantung pada negara lain, bahkan pada gilirannya kita bisa ekspor.
Bahwa kita tidak mempunyai industri kimia murni untuk industri bahan baku obat, itu soal mudah. Kita bisa beli dari negara lain. Yang penting menciptakan pasar dahulu.
Di sisi lain, industri jamu yang jumlahya lebih dari 1.300, dengan pengalaman puluhan tahun, keahlian, sumber daya manusia yang andal, didukung peneliti-peneliti dari perguruan tinggi Indonesia dan komitmen pemerintah, kita bisa lakukan penelitian sumber hayati kita yang terbanyak di dunia dan mengembangkan jamu/herbal secara ilmiah sehingga dapat menjadi produk yang dipercaya masyarakat dunia.
Kita pasti berhasil kalau kita bertekad, yakin dan percaya diri. Kalau industri farmasi asing bisa menciptakan obat-obat baru, mengapa kita tidak bisa? Kalau herbal China bisa mendunia, mengapa jamu kita tidak bisa? Kalau mereka bisa, kita juga harus bisa.
Saat ini, salah satu upaya pencegahan Covid-19 adalah dengan meningkatkan daya tahan tubuh. Beberapa industri jamu dan industri farmasi di Indonesia telah memproduksi produk peningkat daya tahan tubuh, salah satunya Sido Muncul dengan produknya Tolak Angin.
Tolak Angin telah terbukti dapat meningkatkan daya tahan tubuh dan telah lolos uji praklinis oleh Badan Pengawasan Obat dan Makanan (Badan POM) RI.
Uji toksisitas telah diteliti oleh Tim Peneliti toksikologi Fakutas Farmasi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta yang dipimpin oleh Apt. Ipang Djunarko, M.Sc dan uji khasiatnya oleh Lembaga Penelitian Fakultas Kedokteran Universitas Diponegoro Semarang yang dipimpin oleh Prof. dr. Edi Dharmana, M.Sc., Ph.D, Sp. Park. Terbukti dapat meningkatkan limfosit T secara signifikan sebagai indikator meningkatnya daya tahan tubuh.
Obat Terbaik Lawan Virus
Di samping produk peningkat daya tahan tubuh, Sido Muncul juga telah menghadirkan produk terbarunya, yaitu Kapsul JSH. Produk yang telah dikembangkan sejak empat tahun lalu ini merupakan produk alkali dengan pH tinggi yang bermanfaat bagi kesehatan tubuh. Kapsul JSH ini, dibuat untuk orang sehat agar tetap sehat.
Waktu membuat kapsul JSH, kami mendapatkan referensi dari jurnal-jurnal ilmiah tentang tubuh yang alkali. “Penyakit tidak akan berkembang, termasuk kanker di tubuh yang alkali. Kami menciptakan produk ini dari bahan herbal yang diproses jadi karbon, kemudian diekstrak sehingga menghasilkan pH 11-13. Hasilnya sudah ”bukan karbon“ lagi, tapi bahan “ekstrak karbon “ yang larut dalam air.
Klaim kesembuhan datang dari pasien yang terinfeksi Covid-19 (kapsul JSH didaftarkan di BPOM sebagai produk untuk detox) dan sembuh setelah mengonsumsi kapsul JSH selama 7 hari.
Pada tanggal 12 Mei 2020 kami juga membagikan Kapsul JSH ke 45 pasien positif (swab tes), tapi statusnya OTG (Orang Tanpa Gejala) di Wisma Walikota Semarang. Dari 45 pasien positif Covid-19, 40 orang menjadi negatif swabnya setelah mengonsumsi Kapsul JSH (3 x sehari 2 kapsul) selama 8 hari. Sedangkan lima pasien lainnya baru masuk dan konsumsi dua hari, jadi kami tidak melanjutkan pengecekan.
Hingga kini, Sido Muncul telah membagikan Kapsul JSH ke berbagai pihak, seperti Pemprov Jawa Timur, RS Wisma Atlet, RSPAD Gatot Subroto, RS Darurat Covid-19 di Semarang, Salatiga, dan Boyolali.