Oleh Agnes Regina Situmorang*
Bunda Teresa. Ini sosok wanita yang pasti tidak asing di telinga penghuni jagad ini. Bunda Teresa adalah sosok wanita yang memiliki jiwa cinta kasih, selalu melayani orang-orang yang tersingkirkan dan membantu mereka yang sakit dan diasingkan banyak orang, seperti penderita kusta.
Dalam perikop Matius 9:35-38 kita dapat meneladani Yesus dalam hal belas kasih. Yesus sendiri mengajarkan kepada kita mengenai sebuah belas kasih terhadap orang banyak. Yesus juga melayani dan melenyapkan segala penyakit. Hati Yesus yang penuh belas kasih tergerak kepada mereka yang lelah dan terlantar.
Bunda Teresa menelani Yesus yang penuh belas kasih. Ia tidak hanya mengunjungi kota-kota besar dan megah, melainkan juga desa-desa miskin dan terpencil. Di sana ia berusaha menyembuhkan segala penyakit dan menolong mereka yang tersinggkirkan. Baginya, jiwa-jiwa orang yang paling hina di dunia ini sama berharganya dengan jiwa-jiwa orang-orang besar bagi Kristus. Maka dalam setiap pelayanannya, Bunda Teresa selalu bersukacita dan tak pernah lelah meskipun menghadapi banyak halangan. Ia mau menolong dan melayani secara all out orang-orang yang tersingkirkan di daerah India.
Dalam salah satu buku yang saya pernah baca tersua kisah tentang seseorang yang terbaring lemah di pinggir jalan. Bunda Teresa mendekatinya dan membalikkan badan orang itu. Apa yang terjadi? Bunda Teresa sangat terkejut, karena melihat wajah orang tersebut sudah mulai hancur karena digerogoti tikus. Maka tergeraklah hati Bunda Teresa untuk menolong orang tersebut dan membawanya ke rumah sakit. Sesampainya di rumah sakit, seorang dokter berkata kepada Bunda Teresa, “Untuk apa kita menolong orang yang sudah mau meninggal, lebih baik dibiarkan saja.” Lalu Bunda Teresa pun berkata, “Walaupun orang ini sudah mau meninggal, kita harus menolongnya, supaya orang ini meninggal dengan layak. Lalu Bunda Teresa pun menunggu di depan rumah sakit sampai pihak rumah sakit mau menerima orang sakit tersebut. Namun ketika sang dokter mengizinkannya untuk masuk, orang yang sedang terbaring di depan rumah sakit tersebut sudah meninggal. Bunda Teresa sangat bersedih dan menangis.
Belas kasih Yesus menggerakkan hati Bunda Teresa untuk melayani setiap orang. Maka dari itu, belas kasih Yesus dan perjalanan hidup Bunda Teresa menjadi teladan bagi kita untuk melayani setiap orang, dari semua latar belakang, umur, kondisi ekonomi dan sosial. Dengan belas kasih Yesus, kita dimampukan untuk berbelas kasih kepada orang lain.
Namun seringkali dalam perjalanan hidup ini, kita cenderung bersikap acuh tak acuh kepada sesama kita, kemudian dalam kehidupan, kita juga, seringkali menginginkan suatu imbalan atas apa yang sudah kita berikan. Maka Yesus sendiri berkata kepada Murid-murid-Nya: “Tuaian memang banyak, tetapi pekerja sedikit”.
Maka dari itu, marilah kita meneladani Yesus dan Bunda Teresa yang mau berbelas kasih terhadap sesama yang membutuhkan pertolongan tanpa menginginkan suatu imbalan. Melalui kisah Bunda Teresa tersebut, Yesus mengajak kita untuk memiliki sikap berbelas kasih, seperasaan dengan sesama yang menderita, berempati kepada sesama kita. Dan untuk bisa sampai pada perasaan-perasaan ini, maka tentunya kita perlu untuk mengalahkan ego, meninggalkan kepentingan sendiri dan melihat orang lain sebagai Wajah Allah yang tersamar.
Kini, Indonesia bahkan dunia sedang dilanda Covid-19. Ini sungguh masa sulit. Dalam situasi seperti ini, sikap saling mengasihi sangat diperlukan. Kita dipanggil untuk saling berbagi dan membantu sesama, terutama mereka yang sangat terdampak virus korona ini.
Semua memang merasakan dampak Covid-19 terutama dalam hal perekonomian. Dengan saling mengasihi dan berbagilah, kita bisa dan mampu saling menopang. Semoga sikap saling mengasihi kian hari kian tumbuh subur dalam diri, dan keluar dari ketulusan hati kita. Amin.
Agnes Regina Situmorang adalah Mahasiswa STKIP Widia Yuwana Madiun