Oleh Emanuel Dapa Loka
Kapernaum, aku mestinya diam saja dalam hening malam tanpa rembulan ini
Tafakur dalam buaian rona cahaya lampu jalanmu
Bahkan membeku dalam angin yang merayap dan menyengat kulitku
Namun gemilang silammu bersama Tuhanku, Tuhan kita bersama
Menyeretku menulis puisi ini
Agar kau dan aku tak pendek ingat
Tentang Yesus anak kandungmu
Yang suaraNya parau karena melantamkan agung BapaNya dalam Sinagoga purba
Yang berselingkit dan menyenasib di antara senyum dan deritamu
Yang abai akan hidupNya sendiri
Masih ingat bukan, anak Yairus yang dibangkitkanNya?
Mertua Petrus yang tahir?
Setan yang terbirit-birit disusirNya?
Empat keping dirham dari mulut ikan?
Sesungguhnya!
Engkau adalah CintaNya
Engkau adalah buah hatiNya
Engkau nadiNya
Lihatlah!
IngatanNya bahkan lumpuh dan abai atas karang batok kepalamu
Ia tetap rela meregang nyawa di salib untuk kau dan aku
Kini tak ada pilihan lagi
Kita mesti salin getas hidup ini agar jadi puisi indah bagiNya
EMANUEL DAPA LOKA adalah wartawan yang kadang kambuh bersyair. Ia bersama keluarganya tinggal di Bekasi. Suatu hari ia berziarah ke Israel, lalu lahirlah puisi di atas.