Oleh Romo Felix Supranto, SS.CC
Seorang teman saya yang sangat berhasil dalam hidupnya pernah mengalami betapa sakitnya atas kejatuhan. Usahanya bangkut secara total. Ia terpaksa menjual rumahnya yang besar dan indah untuk menyelesaikan hutang-hutangnya. Ia beserta keluarganya kemudian tinggal di sebuah apartemen yang sangat kecil. Hidupnya benar-benar sangat berbeda dengan sebelumnya. Namun demikian, ia dan keluarganya tidak putus asa. Kejatuhan usahanya tidak membuat imannya goyah. Ia tetap tekun berdoa.
Yang mengejutkan saya adalah dalam waktu dua tahun, ia dan keluarganya sudah menempati kembali Rumahnya yang telah terjual sebelumnya. Ketika saya bertemu dengannya dan berkata “hebat keuletan Bapak”, Ia menjawab, “Romo, itulah indahnya iman dan ucapan syukur”.
Keberhasilan senantiasa menantikan kita semua. Akan tetapi, kita tidak akan pernah mencapainya jika kita tidak pernah berpikir bagaimana kalau kita mengalami kegagalan. Kegagalan itu melatih kita untuk lebih kreatif dalam menemukan cara bangkit dan terus melangkah.
Kegagalan itu bagaikan hujan dan keberhasilan seperti mentari. Keduanya dibutuhkan untuk dapat melihat indahnya pelangi. Jadi, kegagalan dan keberhasilan senantiasa mengiringi hidup kita agar hidup kita terasa indah bagi kita yang menjalaninya dengan iman dan ucapan syukur.
Kesimpulan dari permenungan kita ini: Kita hendaknya jangan membiarkan jiwa kita hancur dihantam oleh kegagalan karena kegagalan akan membawa kita kepada sebuah keberhasilan. Di belakang keberhasilan terdapat banyak kegagalan yang harus dilewati, asal kegagalan itu tidak melenyapkan antusiasme. Kita tidak perlu takut dengan kegagalan karena Allah menyertai perjalanan hidup kita: “Ya, meskipun aku berjalan melewati lembah bayang-bayang maut, aku tidak akan takut bahaya, karena Engkau bersamaku. GadaMu dan tongkatMu menghibur aku. (Mazmur 23:4).
Salam Elang, Salam Tangguh !