Bekasi, TempusDei.id – SELALU ada yang indah dan menggembirakan dari Gereja Santa Clara, Bekasi Utara setiap kali merayakan ulang tahunnya. Pada ulang tahunnya yang ke-21 tahun lalu, umat paroki yang jumlahnya hampir menyentuh angka 9. 000 ini mendapat kado sangat istimewa berupa bangunan gereja yang megah dan indah. Tepat pada 11 Agustus 2020 yang merupakan hari ulang tahun paroki, gereja yang diperjuangkan dengan kerja keras, doa dan air mata itu diresmikan oleh Wali Kota Bekasi Rahmat Effendi dan diberkati oleh Uskup Agung Jakarta, Ignatius Kardinal Suharyo.
Tahun ini, sebuah kado sangat istimewa juga muncul, yakni tahbisan imam baru bernama Pater Stefanus Adi Budi Kristanto, MSC yang berasal dari paroki ini. Dia ditahbiskan oleh Kardinal Ignatius Suharyo pada Jumat, 14 Agustus 2020 bersama 4 diakon lainnya, yakni Diakon Carmellus Delelis da Cunha Pr, Diakon Patrick Slamet Widodo Pr, Diakon Robertus Guntur Dewantoro Pr dan Diakon Pius Novrin Arimurthi Pr.
“Akhirnya, Gereja Santa Clara melahirkan seorang imam,” ungkap Rasnius Pasaribu, mantan Sekretaris Dewan Paroki Santa Clara. Rasnius mengaku sangat gembira dan bersyukur atas tahbisan Pater Adi.
Pater Adi adalah buah cinta Bapak Bonaventura Sri Budi Utomo dan Ibu Yovita Henny. Ayahnya adalah mantan koster Gereja Santa Clara, sedangkan ibunya kini melayani sebagai ketua Persekutuan Doa Karismatik Katolik Paroki Santa Clara.
Jika ditengok ke belakang, seperti pengakuan Pater Adi sendiri, tidak ada yang istimewa dalam pendidikan keluarganya ketika ia masih kecil. Dia seperti anak-anak remaja lainnya di Santa Clara yang rajin ikut kegiatan misdinar. Dia tumbuh seperti anak-anak pada umumnya. Yang berbeda, ketika umur 4 tahun, dia biasa ikut ibunya ke pastoran yang saat itu terletak di Jl. Mangga, Taman Wisma Asri. Ibunya biasa mengurus makanan untuk Pastor Thomas Saragi OFMCap dan Pastor Albert Pandiangan OFMCap (keduanya imam pertama yang melayani di Santa Clara).
Saat bersama ibunya itulah Pater Adi dengan mata anak-anaknya mengamati keidupan para imam. Dari situ pula tumbuh keinginan untuk jadi seperti yang dia lihat. Ditambah lagi, Pastor Thomas sering menggodanya dengan mengatakan, “Kamu nanti jadi Pastor, ya.” Tanpa banyak berpikir saat itu, Adi menjawab, “Iya”.
Meski begitu, Adi kecil tidak tahu banyak tentang jalur pendidikan dan proses yang ditempuh seorang calon imam dan di mana sekolahnya. Dia tidak pernah ikut live in seperti yang acap dilakukan oleh Seksi Panggilan sekarang.
Ketika akan tamat SMP, niatnya adalah sekolah di sekolah berasrama. Dan ketika ujian masuk dan diterima di Wacana Bakti, dia mengaku tidak tahu bahwa WB itu adalah sekolah para calon imam. Dia mengira asrama putra biasa. “Menjelang tamat SMP, karena bosan di sekolah negeri, saya mau masuk asrama. Temanku Johan ajak masuk WB, katanya itu sekolah berasrama. Kami pergi tes. Malah aku yang diterima. Jujur, saya tidak tahu bahwa WB itu sekolah calon pastor,” aku Adi.
Setelah menempuh proses pendidikan di kongregasi MSC, Frater Adi ditahbiskan menjadi Diakon pada 29 Juni 2019 di Seminari Tinggi “Hati Kudus” Pineleng, Sulawesi Utara. Setelah itu ia menjalani praktik diakonatnya di sebuah paroki di Pontianak.
Ketika ditanya, apakah Adi memiliki permintaan khusus sebagai hadiah tahbisannya, Yovita Henny, sang ibu mengatakan, “Diakon hanya minta doa. Diakon tidak minta apa-apa yang lain karena dia tahu betul keadaan kami. Kami keluarga sederhana,” ujarnya terharu.
Misa syukur atas tahbisan Pater Adi akan dilakukan secara konsebrasi di Gereja Santa Clara pada Minggu, 16 Agustus 2020 dan disiarkan secara live streaming melalui channel Santa Clara Bekasi. (tD)