Mon. Nov 25th, 2024

Edward Chen: Kisah di Balik Lagu “Hatiku Percaya”

Edward Chen

Hatiku Percaya

Saat Kutak melihat jalanMu
Saat ku tak mengerti rencanaMu
Namun tetap ku pegang janjiMu
Pengharapanku hanya padaMu
Hatiku percaya
Hatiku percaya
Selalu kupercaya

Lord I will trust in You
Lord I will trust in You
Lord I will trust in You
My heart will trust in You

Edward Chen dan Agnes
Sun City, 28 Juni 2008. Malam itu aura kebahagiaan memenuhi Ballroom. Kebahagiaan merangsek lalu bergelora dari hati Edward Chen & Agnes Prawoto.

Malam itu, pasangan kekasih ini tengah menjadi raja dan ratu sehari setelah hubungan mereka diberkati pada 5 Mei 2008, di Israel CANA (The Wedding Church tempat Yesus membuat mukjizat pertama kali: mengubah air menjadi anggur).

Sebelum peristiwa istimewa itu, ada perjalanan panjang nan berliku yang mereka lalui. Kebahagiaan yang menyemburat itu membutuhkan stamina ‘percaya’ yang besar terhadap rencana Tuhan yang indah dalam hidup mereka.

Betapa tidak dikatakan begitu? Bulan demi bulan yang mereka lalui, penuh pergumulan berat, tangis, kesesakan. Perjuangan cinta mereka tidak mudah. Dan hasil olahan terhadap perjuangan tersebut muncul dalam bentuk lagu Aku Percaya yang kemudian laris-manis dinyanyikan di mana-mana. Lagu ini pertama-tama menguatkan penciptanya, dan kelak menjadi berkat bagi banyak orang dalam pergumulan yang berbeda di pelataran pelayanan, pekerjaan, atau rumah tangga.

Sudah cukup lama Edward mendoakan pasangan hidup yang dari Tuhan. Prinsip Edward, pasangan Edward harus seiman dan yang mengerti dan menyuport. Lebih dari itu, bisa menyanyi dan mengerti musik. Rupanya, karena kriteria ini, Edward tidak mudah menemukan wanita yang ia maui.

Jatuh Cinta

Tidak ada yang tahu kapan cinta itu jatuh di mana dan pada siapa. Setelah sebuah pertamuan dengan Agnes berlangsung sebulan dan terkesan “biasa-biasa saja”, Edward mendapat kesempatan lagi untuk bertemu dengan Agnes. Kali ini di restoran.

Dalam hati Edward adalah semacam suara yang berbisik “Nomer hpnya dong…”. Semula Edward menolak anjuran suara itu, maklum sebelumnya dia belum pernah minta nomer hp cewek, jadi agak kikuk. Tapi ibarat, kesempatan tak datang kedua kali, ia memberanikan diri meminta. Sejak saat itu terjadi komunikasi di antara dua insan ini. Selanjutnya,  setiap kali pulang pelayanan dari luar kota atau luar negeri, sebisa mengajak Agnes untuk makan siang atau makan malam.

Waktu bergulir terus dan akhirnya mereka merasa ada kecocokan di antara mereka dari berbagai segi seperti hobi, musik, dan lain sebagainya. Setelah sekian bulan berusaha saling kenal, Edward berniat memperkenalkan Agnes ke orangtuanya. Ternyata orangtua Edward hanya menerima Agnes sebagai teman biasa, bukan sebagai calon menantu. Sikap ini tergambar dari respon mereka saat Edward berniat untuk lebih serius dengan Agnes. Mereka menolak. Sikap ini merambat ke keluarga besar yang selalu tidak mau mendengar penjelasan Edward, namun dia tidak patah semangat. Dia yakin, suatu saat, orangtuanya pasti menerima Agnes.

Ternyata tidak semudah yang dia bayangkan. Orangtuanya memiliki pandangan dan pilihan lain. Latar belakang orang tua EC yang tidak dari kota besarlah—mereka tinggal di Sumba, NTT membuat mereka menolak pilihan Edward. Ayahnya tidak sreg dengan cewek kota besar. Mereka lebih setuju Edward jadian dengan orang yang mereka sudah kenal. Masalahnya, keluarga jauh orangtua Edward memiliki kenangan buruk menikah dengan orang dari kota besar. Usia pernikahan tidak bertahan lama dan berakhir dengan perceraian. Pandangan hidup dan gaya hidup yang berbeda menjadi alasan utama ketidakcocokan. Penjelasan Edward bahwa Agnes bukan tipe seperti yang mereka bayangkan, tidak mereka hiraukan.

Sempat Lawan Oang Tua

Karena tidak mau mengecewakan orang tuanya, Edward secara baik-baik memutuskan hubungan dengan Agnes. Keputusan ini sangat menyakitkan hati Agnes dan keluarganya. Beberapa bulan kemudian, Agnes diperkenalkan ke pria lain oleh orang tuanya. Sementara itu, keduanya masih saling mencintai.

Menghadapi kenyataan tersebut, hari-hari Edwrad berlalu hambar, sedih. Edward tetap menjalani tugas pelayanan dengan semangat walau dia sendiri sedang dalam pergumulan yang berat. Dia sempat ingin melawan kedua orang tuanya karena merasa sudah cukup mandiri dan diberkati Tuhan. Edward merasa telah taat dan hormat kepada orang tuanya dan tidak pernah mengecewakan mereka, tapi karena masalah pasangan hidup, dia sempat bertengkar dengan orang tuanya itu. “Kalau kamu tetap jalan sama Agnes, kami akan masukin kamu di koran. Tidak mau anggap kamu lagi sebagai anak,” ancam orang tuanya. Sebuah ancaman yang cukup serius dan bisa menghancurkan karier dan masa depan Edward sebagai penyanyi.

Dalam Air Mata

Hari-hari Edward terisi dengan pergolakan batin. Namun dia dan Agnes tetap berdoa setiap saat dengan air mata. “Tuhan tetap baik. Saya diingatkan Tuhan. Kata Tuhan, ‘kamu harus mengalah dulu sama orangtua dan tunggu waktu-Ku dan jangan sekali-kali melangkah tanpa berkat dari orang tua’”.

Dan memang Tuhan membela Edward. Saat dia dipanggil pulang ke Sumba untuk menghadiri ulang tahun Kakeknya, Edward lebih banyak diam. Dia pun tidak pernah mau mengungkit masalah Agnes lagi. Ternyata sikap ini membuat orangtuanya penasaran dan menanyakan apakah dia benar-benar cinta dan sudah bulat keputusan untuk menikahi Agnes. “Iya, saya mau menikahi Agnes, tapi saya mau Mami dan Papi tetap tulus merestui,” jawab Edward.

Tuhan menjawab doa Edward. Orang tuanya langsung menelepon Agnes dan meminta Agnes dan keluarganya agar mau menerima Edward lagi. “Padahal orang tua Agnes sudah dekat dengan ortu pria yang dikenalkan itu. Tapi Agnes tetap mencintai saya. Akhirnya kami bisa tunangan dan malah Tuhan kasih bonus. “Ortuku sekarang sangat mengasihi Agnes dan kami sungguh-sungguh dipakai Tuhan dengan luar biasa,” jelas Edward.
Hidup mereka kian penuh kebahagiaan dikarunia anak-anak yang juga pandai menyanyi. Kini, bukan mereka saja yang berbahagia, seluruh keluarga besar juga turut berbahagia dan mendukung. (tD/EDL)

 

Related Post

Leave a Reply