Fri. Nov 22nd, 2024

Mengusahakan Kesembuhan dari “Kusta Rohani”

Eleine Magdalena, penulis buku-buku best seller

Oleh Eleine Magdalena, Penulis buku-buku best seller

Dikisahkan dalam 2 Raja-raja 5:1-27, Naaman dan sepuluh orang kusta minta disembuhkan dari penyakit kusta yang mereka derita. Penyakit kusta membuat mereka menderita karena dikucilkan oleh orang-orang di sekitar mereka. Oleh karena itu, Naaman mendatangi Nabi Elisa. Kita juga mendengar tentang sepuluh orang kusta yang berteriak-teriak  kepada Yesus mohon disembuhkan dari penyakit berat ini. Kemudian mereka amat bersyukur setelah Tuhan menyembuhkan mereka.

Naaman hendak memberikan hadiah-hadiah kepada Nabi Elisa sebagai tanda terima kasih, namun Nabi Elisa menolak. Demikian juga salah satu dari  sepuluh orang kusta datang kembali kepada Yesus untuk berterima kasih. Mereka sadar bahwa Tuhanlah yang menyembuhkan mereka.

Macam-macam cara kita bersyukur pada Tuhan. Bisa lewat acara syukuran dengan mengundang keluarga, anggota lingkungan ataupun sahabat untuk bersama-sama berdoa dan bersyukur kepada Tuhan atas kebaikanNya. Biasa juga kita dengar orang mengucap syukur dalam Misa Kudus di gereja. Ada juga orang yang membagikan sebagian dari hartanya kepada orang lain yang membutuhkan, panti asuhan atau yayasan sosial sebagai ungkapan syukurnya kepada Tuhan. Bagaimana cara yang biasa kita lakukan untuk bersyukur kepada Tuhan?

Sering kita diundang hadir pada acara syukuran seorang teman atau anggota lingkungan karena berbagai macam hal.  Kita sendiri mungkin pernah mengadakan acara syukuran dengan mengundang famili atau anggota lingkungan tempat tinggal kita. Ada berbagai macam alasan yang mendorong kita bersyukur. Alasan yang cukup sering kita dengar adalah bila kita sembuh dari suatu penyakit yang cukup berat, bila kita berhasil memperoleh  pekerjaan di tempat yang diharapkan, bila kita selamat dari suatu kecelakaan atau malapetaka, bila seorang anak lulus ujian dan diterima  di sekolah  favorit, bila ada anggota keluarga yang berulang tahun, dan sebagainya.

Kita jarang atau tidak pernah mendengar seseorang yang mengucap syukur atas Sakramen Baptis yang baru diterimanya atas pertobatannya atau pertobatan anggota keluarganya atas kesembuhan sakit “kusta rohani” yang sudah lama dideritanya. Rupanya apa yang nampak secara fisik atau hal-hal yang berkaitan dengan hidup kita di dunia ini seringkali masih menjadi lebih penting daripada hal-hal yang tersembunyi sehingga mungkin kita lupa memohon pada Tuhan dan bersyukur padaNya untuk anugerah rohani.

Kesehatan fisik, kelancaran pekerjaan, sekolah favorit tampaknya menyita perhatian kita lebih besar daripada kesehatan rohani dan keselamatan kekal sehingga  kita jarang mendengar  ada orang  yang memohon agar disembuhkan dari penyakit sombong, penyakit rakus, penyakit cabul, penyakit malas, penyakit kikir atau pelit, penyakit iri hati, penyakit marah  yang sudah dideritanya selama puluhan tahun.

Kusta rohani seperti halnya kusta yang diderita Naaman dan sepuluh orang dalam Injil sama-sama  menyebabkan orang-orang di sekitar kita enggan mendekat. Bukankah penyakit kusta rohani sebagaimana kusta fisik tidak saja menjauhkan kita dari orang lain tetapi juga dari Tuhan. Sadarkah kita bahwa kusta rohani ini menjadi penghambat terbesar kita dalam mencapai tujuan hidup sebenarnya yaitu mengalami persatuan mesra dengan Allah?

Apakah kita berani melihat ke dalam diri kita dan mengakui secara jujur bahwa kita pun seorang yang mengidap penyakit kusta rohani? Apakah kita mau merendahkan diri dan datang mohon kesembuhan dari Yesus? Apakah kita percaya bahwa Yesus juga mampu menyembuhkan kita dari tujuh dosa pokok atau cacat cela pokok seperti kesombongan, kerakusan, percabulan, kemalasan, kekikiran, iri hati dan kemarahan?

Bila kita sungguh mau dibebaskan dan ditahirkan dari penyakit kusta rohani ini, maka kita dapat menggunakan sarana yang disediakan dalam Gereja Katolik yaitu mengaku dosa secara teratur kepada Romo. Pengakuan dosa itu bisa tiga bulan sekali atau kapan pun kita merasa membutuhkan untuk dilepaskan dari dosa-dosa kita, rajin berdoa harian, mengikuti Misa Kudus dan menerima Komuni Kudus dalam Misa hari Minggu dan Misa harian. Dengan rajin menerima Komuni Kudus kita pun semakin diubah menjadi serupa dengan Kristus. Dengan mendekatkan hati kita pada Tuhan, maka sifat-sifat kita pun diubah pelan-pelan sesuai dengan sifat Allah sendiri. Seperti besi yang didekatkan pada api akan panas dan menyala seperti sifat-sifat api itu sendiri. (Mata Iman, 2017).

Related Post

Leave a Reply