Oleh Eleine Magdalena, Penulis buku-buku best seller
Mira baru saja menyelesaikan makan malamnya ketika telepon genggamnya berdering. “Ida sedang kritis di rumah sakit,” begitu suara yang membuat Mira panik bukan kepalang.
Sebelumnya, Ida sahabatnya itu mengatakan bahwa ia sudah tidak kuat lagi menanggung beban hidup. Ia diberhentikan dari tempat kerja. Sementara ia harus menanggung hidup tiga orang anaknya. Suaminya pergi meninggalkannya dengan perempuan lain.
Banyak orang seperti Ida di sekitar kita. Dalam keadaan sulit, harapan sungguh dibutuhkan untuk bertahan. Di tengah kuatnya materialisme, gaya hidup mewah, ingin gampang dan cepat, manusia makin membutuhkan pegangan yang kuat untuk bertahan dalam keadaan sulit.
Sikap ingin cepat menyelesaikan masalah dan makin tipisnya harapan untuk bertahan tercermin dari antara lain meningkatnya kasus bunuh diri, pembunuhan dengan motif perampokan, jual beli ijazah, penjiplakan karya tulis, korupsi dan penipuan.
Injil Matius 10:1-7 mengingatkan perutusan kita sebagai murid Kristus. Yesus meminta kita untuk mewartakan bahwa Yesus hadir di tengah-tengah kita untuk menyelamatkan, menyembuhkan dan membebaskan. Untuk tugas ini, Yesus memberi kita kuasa untuk mengusir roh jahat dan melenyapkan segala penyakit.
Yesus ingin hadir bagi umatNya melalui kita murid-muridNya. Melalui kuasaNya, Yesus ingin menguatkan harapan orang-orang yang menderita agar bertahan di tengah kesulitan. Sabda Tuhan ini bukan janji kosong. Yesus setia pada janjiNya dan berkuasa untuk menggenapinya. Jika Ia memanggil dan mengutus, Ia juga memperlengkapi dan mengurapi kita dengan kuasa dan rahmatNya.
Tuhan meminta kita untuk melakukan tugas pelayanan sesuai rahmat yang telah kita terima. Dalam pembaptisan kita menerima kuasa karena Roh Kudus telah turun dan tinggal di dalam diri kita.
Sebagai murid Kristus, kita diberiNya kuasa untuk melakukan pekerjaan baik, sesuai dengan talenta dan karunia yang Tuhan berikan.
Tantangan dalam melayani memang banyak. Mungkin orang acuh terhadap pewartaan kita atau memandang remeh kebaikan yang kita tawarkan. Namun ini bukan alasan untuk berhenti. St. Teresa dari Avila memberi teladan bagaimana ia keluar dari zona nyaman diri demi suatu pembaruan. Ia mengikuti panggilan Tuhan sesuai dengan rahmat yang diterimanya. St. Teresa dari Avila mengikuti bimbingan Tuhan dan setia pada kehendakNya hingga akhir walaupun menemui banyak kesulitan dan penolakan.
Kita percaya bahwa di tengah arus dunia yang menyeret kita menjauh dari Tuhan, pertolongan Tuhan selalu ada apabila kita tekun dan setia. Tuhan sendiri memberikan banyak rahmat dan pertolongan kepada St. Teresa dari Avila sehingga ia dapat melakukan “perjalanan” rohaninya sampai pada persatuan cinta kasih dengan Tuhan di dalam pusat hatinya”.
Dengan menemukan Tuhan yang bersemayam di dalam pusat hati yang terdalam, kita menjadi orang yang tidak mudah diombang-ambingkan dengan keadaan di luar diri kita, oleh keadaan dunia yang carut marut. Sebagaimana St. Teresa dari Avila mengatakan, “Biarlah tiada yang mengganggumu, biarlah tidak ada yang membuatmu takut. Semuanya akan berlalu: Tuhan tidak pernah berubah. Orang yang menemukan Tuhan menemukan dirinya tidak berkekurangan apa-apa. Tuhan saja cukuplah”. (Menemukan Tuhan Dalam Hidup Sehari-hari, 2012)