Oleh Pater Kimy R. Ndelo, CSsR, Provinsial Kongregasi Redemptoris, Provinsi Indonesia
Seorang wanita bernama Elisabeth Barrett menikah dengan Robert Browning, seorang penyair. Pernikahan mereka ditentang oleh orang tua Elisabeth. Karena tetap menikah, mereka sampai tidak menganggap dia sebagai anak mereka lagi.
Dalam kenyataannya, pernikahan Elisabeth dan Robert itu diliputi kebahagiaan dan saling pengertian. Penuh kedamaian dan kasih sayang.
Walaupun demikian Elisabeth secara rutin menulis surat kepada orangtuanya mengungkapkan betapa dia tetap mencintai mereka, tak ada respon apa pun atas surat-suratnya.
Akhirnya, setelah 10 tahun relasi yang dingin ini, dia menerima sebuah paket dari orang tuanya. Cepat-cepat dia membuka paket itu dengan harapan besar. Ternyata isinya adalah semua surat yang dia kirim kepada mereka. Dan tak satupun surat yang dibuka dan dibaca oleh orangtuanya.
Penolakan itu menyakitkan. Terutama jika itu dilakukan oleh orang yang dicintai dan dikasihi.
Kisah Yesus dalam Injil hari ini dari Matius 21: 33-43 adalah kiasan atau allegori yang berbicara tentang penolakan. Orang-orang pilihan yang menolak Allah dan rencanaNya adalah bangsa Israel. Mereka diumpamakan sebagai pekerja di kebun anggur. Yang dimaksudkan adalah orang-orang Yahudi terutama para pemimpin agama.
Allegori macam ini bukan hal baru. Sejak berabad-abad relasi antara Allah dan Orang Yahudi terjadi dalam tegangan ini. Allah selalu mencintai dan mengharapkan cintaNya dibalas, tapi yang terjadi adalah penolakan.
Mereka menolak harapan Allah akan hasil panenan berupa ketaatan, keadilan, kebaikan dan kesetiaan. Yang terjadi justru sebaliknya. Mereka menolak para nabi yang diutus mengingatkan dan menasihati mereka. Puncaknya mereka menolak Yesus sebagai Putera Allah. Mereka bahkan membunuh Dia.
Penolakan kali menimbulkan murka dan kemarahan Allah. Status mereka sebagai Bangsa Pilihan, sebagai orang-orang dengan berkat istimewa dicabut oleh Allah. Privilege mereka dihapus. “Kebun anggur” kesayangan itu diserahkan kepada orang lain untuk digarap.
Menjadi orang dengan privilege khusus tidak berarti orang boleh semaunya. Janji keselamatan kepada orang-orang kristiani harus diimbangi dengan buah-buah yang dihasilkan.
Penolakan tidak selamanya terungkap secara eksplisit atau secara verbal. Hidup tidak sesuai harapan Allah juga merupakan bentuk penolakan. Mengabaikan perintah dan larangan Allah juga berarti menolak secara tidak langsung.
Cinta Allah bagaikan hukum gravitasi. Dia akan selalu turun. Melawan cinta Allah atau menolak Dia hanya akan membuat kita terempas jatuh.
Salam dari Biara Santo Alfonsus-Konventu Redemptoris Weetebula, Sumba tanpa Wa