Kegembiraan dan rasa syukur InBene meluap-luap ketika mendapat kesempatan belajar Bahasa dan kebudayaanyaan Jepang langsung di Jepang. Sebagai ungkapan syukur, ia belajar dengan sungguh-sungguh sambil mematuhi rambu-rambu yang ada. Selain itu, ia sangat proaktif mengikuti berbagai kegiatan, termasuk ikut serta dalam lomba pidato berbahasa Jepang dengan peserta dari berbagai penjuru dunia, termasuk dari Jepang sendiri. Mengejutkan, juga bagi InBene sendiri. Dia keluar sebagai juara. Ia juara beberapa kali dalam lomba yang berbeda. Melihat kesungguhan dan prestasinya, pemerintah Jepang, khususnya Kota Kagoshima mendapuknya menjadi Duta Wisata. Di kota ini pula ia bekerja sebagai guide untuk Katedral Xavier. Ia memandu tamu-tamu dalam Bahasa Inggris dan Jepang.
Sambil belajar Bahasa Jepang dan kebudayaannya, InBene rajin mengunjungi gereja dan situs-situs gereja yang bersejarah sambil memelajari sejarah dan dinamika Gereja Katolik. Beberapa kali ia membuat laporan untuk tempusdei.id.
Tidak cukup belajar Bahasa Jepang, InBene ingin belajar Bahasa Jerman, langsung di tengah-tengah masyarakat berbahasa Jerman. Dia pun memutuskan untuk hijrah ke Wina Austria. Sesekali ia masih balik ke Jepang menunaikan kepercayaan sebagai duta wisata.
Kegemaran yang sama seperti di Jepang ia lakukan di Austria. Dia rajin mengunjungi berbagai gereja dan situs-situs penting. Dia juga rajin menghadiri berbagai kegiatan gereja dan memelajari dinamika kekatolikan di sana.
Dari situ, secara perlahan, muncul kembali keinginan yang pernah tumbuh dalam hatinya untuk menjadi seorang biarawati. Dia pun mengunjungi beberapa biara suster dan mendengar banyak hal menyangkut pelayanan mereka dan kebutuhan gereja. Sesekali ia mendengar permintaan kepala biara yang mengatakan, “Kalau ada dari Indonesia yang mau masuk biara, boleh melamar,” tanpa memaksudkan ungkapan itu kepada InBene.
Setelah mengolah melalui doa, refleksi dan upaya mengenal kehidupan membiara secara detail beserta spiritualitas kongregasi, lulusan SMA Gonzaga dan STF Driyarkara Jakarta ini akhirnya secara bulat memutuskan untuk masuk biara dan memilih Kongregasi Missionsschwestern vom Heiligsten Erlöser (MSSR) “Bukan tiba-tiba saya masuk biara. Melalui proses panjang, bahkan waktu masih di Jepang tahun 2017 saya sudah join. Tentu saja ini pilihan bebas, sekaligus panggilan Tuhan untuk saya. Mohon doa,” pinta kontributor tempusdei.id ini. Kini, ia resmi dipanggil Sr. Bene Xavier, MSSR. Selamat! (EDL)
Keterangan foto utama: Sr. Bene Xavier dengan rok merah bersama Mother General (paling kanan)