Fri. Nov 22nd, 2024

Walikota Bekasi, Rahmat Effendi Terima Penghargaan “Tokoh Toleransi 2020”

Jakarta, TEMPUSDEI.ID – Walikota Bekasi, Dr. Rahmat Effendi kembali meraih penghargaan sebagai Tokoh Toleransi. Penghargaan kali ini ia dapatkan dari Perkumpulan Wartawan Media Kristiani Indonesia (Perwamki) pada “Malam Cinta Bagi Negeri” di Hotel Aston Bellevue, Jakarta Selatan pada 10/11. Karena berhalangan hadir, penghargaan diterima oleh Kabag Humas Kota Bekasi, Yektirubiah.

Karena peran Pepen dalam menjaga dan meningkatkan toleransi di Bekasi, Perwamki menyebutnya sebagai “Mentari Toleransi Indonesia dari Bekasi”. Rahmat meraih penghargaan tersebut bersama 16 tokoh lain dengan kategori masing-masing.

Seperti dijelaskan Ketua Panitia, Emanuel Dapa Loka, penghargaan tersebut diberikan dalam rangka HUT ke-17 Perwamki yang jatuh pada 28 Oktober 2020.

Lebih lanjut kata Emanuel, para tokoh yang mendapat penghargaan adalah orang-orang hebat yang dengan tuntunan mata kakinya, bagai musafir berjalan kian ke mari, menyorotkan matanya melihat kehidupan sesama, lalu yang mereka lihat itu turun ke hati, diolah dalam batin lalu muncul dalam aneka tindakan kemanusiaan. “Inilah yang dalam istilah Jakob Oetama, Tokoh Pers Indonesia sepanjang masa, disebut sebagai ‘Kemanusiaan Transedental’ yang konkret dirasakan oleh sesama,” ujarnya.

Kepada tempusdei.id Pepen mengatakan bahwa perbedaan keyakinan, suku dan agama sebagai anugerah Tuhan. “Tuhan menciptakan keberagaman itu untuk umat-Nya, dan harusnya disyukuri. Kalau di hati kita ini tumbuh keikhlasan bersyukur, kita tidak perlu mempertentangkan keyakinan satu dengan lainnya. Nah, merawat pluralisme itu bagian rasa syukur yang harus dipertahankan dan dikembangkan bersama. Semua yang ada di kota Bekasi ini bertanggung jawab membangun kota ini,” katanya pada sebuah kesempatan di ruang kerjanya.

Sebagai anak yang lahir dan dibesarkan serta mengalami proses di Bekasi, Pepen ingin  membangun Bekasi sebagai sebuah kota yang metropolis, namun tidak meninggalkan peradaban dan kultur lokal. “Bahwa pada tahapan tertentu kita jadi metropolis, iya, tapi budaya kita harus tetap melekat, sehingga kita tidak kehilangan jati diri,” jelasnya.

Sebagai pemeluk Islam, ia paham betul bahwa Islam adalah rahmat bagi sekalian alam, karena itu ia selalu mengajak masyarakatnya untuk hidup harmonis, agar benar-benar menjadi rahmat bagi siapa pun. Namun Pepen menyadari, hal ini tidak mudah dilaksanakan. “Kan ada masyarakat yang berpikir ‘pokoknya’, yang merasa yang dia pikir itulah yang paling benar. Namun gak apa-apa, biarkan saja dan perlu dikasih pengertian terus. Mereka punya hak, tapi ada hukum yang mengatur hak dan kewajiban mereka itu. Kalau sesuatu sudah sesuai dengan hukum positif, maka semua harus patuh. Jika tidak puas misalnya, silahkan tempuh jalur hukum bukan dengan tindakan anarkistis. Bukan melakukan sesuatu yang merugikan banyak orang. Lakukan dengan hukum karena negara kita adalah negara hukum. Panglimanya adalah hukum, hormati,” jelas pria kelahiran Bekasi, 3 Februari 1964 ini.

Untuk kasus apa pun jelas Pepen, jika sudah memiliki kekuatan hukum tetap dan mengikat, ia harus konsisten sebab ia menjalankan tugas di negara hukum. “Saya yakini begini. Rasululloh, Nabi Muhammad SAW, kan tidak selesai dalam 23 tahun kenabiannya. Ia diperintah oleh Tuhan untuk perbaiki akhlak sampai dengan saat ini. Makanya, pada saat saya berhadapan dengan masyarakat yang seperti itu, saya akan terus lakukan upaya-upaya terukur. Kita tidak boleh berhenti memperjuangkan sesuatu apalagi sangat fundamental,” jelas Pepen. (tD)

Related Post

Leave a Reply