Pater Remmy Sila, CSsR, Superior Samoa, Provinsi Redemptoris Oceania
TEMPUSDEI.ID (15/11) – Tuhan tidak pernah menciptakan seseorang tanpa bakat dan kemampuan khusus. Bakat dan kemampuan khusus ini dimaksudkan untuk membantu kita mengembangkan diri dan bisa berkontribusi untuk kebaikan dalam kehidupan bersama. Maka sangat diharapkan bahwa bakat dan kemampuan itu tidak dipendam, tetapi dikembangkan sehingga bermanfaat bagi diri kita sendiri dan bagi orang lain serta demi kemuliaan Tuhan Sang Pemberi bakat dan kemampuan tersebut.
Untuk itu, maka dalam perumpamaan Injil Mat 25: 14-30, Yesus mengingatkan kita tentang pemberian khusus dari Allah bagi kita masing-masing. Anugerah atau bakat dan kemampuan setiap orang itu tidak sama untuk semua orang. Setiap orang diberi sesuai dengan kemampuannya. Baik sedikit atau banyak, kita semua diharapkan mengembangkan bakat dan kemampuan yang telah kita terima. Dengan bakat dan kemampuan yang telah dianugerahkan kepada kita masing-masing diharapkan setiap orang dapat berpartisipasi dalam karya penciptaan. Kadang-kadang kita tergoda untuk membandingkan bakat dan kemampuan dalam diri kita dan yang dimiliki orang lain sehingga kita merasa minder dan tidak mau mengembangkan diri lagi. Untuk itu Yesus mengingatkan kita bahwa yang diperhitungkan Tuhan bukan soal hebat dan tidaknya bakat dan kemampuan yang kita miliki, tetapi sejauh mana usaha kita mengembangkannya demi pengembangan diri dan demi kebaikan bersama.
Kata-kata Kitab Amsal 31: 10-13, 19-20, 30-31 menggunakan gambaran tentang istri yang produktif dalam mengembangkan bakat dan kemampuannya sebagai seorang wanita dan seorang ibu rumah tangga. Istri tersebut menggunakan bakat dan kemampuannya untuk mengubah suasana rumahnya menjadi tempat orang terutama suaminya dapat menemukan cinta, kedamaian dan ketenangan. Kemampuan untuk mengubah sebuah rumah menjadi tempat yang menyejukkan mendasari usaha pengembangan yang setia dan tekun dari keragaman bakat dan kemampuan yang telah ia terima dari Tuhan. Karena itu, “Hati suaminya percaya kepadanya, suaminya tidak akan kekurangan keuntungan.” Hal ini merupakan gambaran harapan dan kegembiraan Tuhan saat kita menggunakan bakat dan kemampuan kita untuk kebaikan bersama.
Namun kita harus berhati-hati karena ada dua sikap yang dapat membuat sebagian besar bakat kita tidak dikembangkan dan karena itu tidak produktif. Pertama, ketika kita menganggap bakat kita tidak seberapa atau tidak memungkinkan untuk menghasilkan sesuatu. Belajar dari para santo dan santa, banyak dari mereka menjadi orang kudus dengan menggunakan bakat dan karunia mereka yang terkadang kita anggap biasa-biasa saja. Ada yang menjadi penjaga pintu dan penerima tamu di biaranya sepanjang hidupnya. Ada yang menjadi tukang roti dan ada yang bekerja di dapur menyediakan makanan bagi anggota komunitas, dsb. Mereka melakukannya dengan tekun, setia dan gembira tanpa mengharapkan pujian dan penghargaan dari orang lain.
Melaui perumpamaan tentang talenta kita diingatkan untuk selalu menyadari bahwa baik satu talenta maupun sepuluh talenta dapat membawa kita ke surga. Sang Pemberi talenta memberikan “masing-masing sesuai dengan kemampuannya.”
Kedua, sikap iri karena kita menganggap orang lain memiliki bakat dan kemampun lebih banyak daripada yang kita miliki. Dengan demikian kita akan menghargai apalagi mensyukuri anugerah khusus yang Tuhan telah berikan kepada kita. Bahkan bisa jadi kita menganggap Tuhan tidak adil terhadap kita.
Menurut Santo Paulus dalam 1Tes 5: 1-6, anugerah talenta dari Allah tersebut adalah undangan untuk berjaga-jaga. Berjaga-jaga di sini berarti hidup sebagai “anak-anak terang dan anak-anak siang.” Berjaga-jaga dalam konteks kita hari ini berarti mengembangkan bakat dan kemampuan kita dengan setia untuk memberikan manfaat kepada generasi kita sekarang dan generasi yang akan datang. Pekerjaan kita dan buah dari usaha penggunaan dan pengembangan bakat kita yang bermanfaat bagi hidup akan menjadi pertanggungjawaban kita di hadapan Takta Hakim yang Adil pada saat pengadilan akhir.
Dengan mengembangkan bakat dan kemampuan kita secara setia dan tekun untuk kebaikan bersama, kita boleh berharap bahwa salah satu pertanyaan yang menentukan pada Hari Penghakiman adalah: “Apa yang kamu hasilkan dengan semua bakat dan kemampuan yang Aku berikan kepadamu?”
Bapa yang Mahabaik, semoga kami layak untuk mendengarkan Engkau mengucapkan kata-kata ini kepada kami di akhir zaman: “Datanglah hamba-Ku yang setia, masuklah dan turutlah dalam kebahagiaan Kerajaan-Ku yang telah dipersiapkan untukmu sejak dahulu kala.” Amin.