Puisi Emanuel Dapa Loka
Aku tulis sajak ini di gerbangmu, Yerusalem
Dengan kakiku sendiri aku menjejak jalan dan lorong-lorongmu
Di depan tembok raksasamu yang sekemilau gading
takjubku bergelora, lalu menyeruak dan berpendar di antara sisa cahaya senja…
Sekelebat malam rebah ke pangkuanmu
yang lalu bersiram di bawah runcing gerimis, yang disapu angin
lalu menyangatkan dingin pada kulit – menembus tulang – menggeretakkan gigi
Samar-samar kudengar nyanyian:
“Yerusalem….! Yerusalem! Lihatlah RajaMu”
Gempita pekik pun sabung-menyabung:
“Hosanna….! Hosanna…!
Hamparan palma dan baju juga jubah menutupi jalan
Agar kaki keledai tunggangan Tuhanku tidak terantuk pada batu
Hosanna! Hosanna!
Jalanan pun riuh dan penuh gempita tarian sukma
***
Melanjutkan cinta kepada manusia dan BapaNya
Dengan suara bariton Ia berseru
Inilah dagingKu
Inilah darahKu
Makanlah
Minumlah
***
Aku melangkah dan melangkah lagi
Lalu terdengar teriakan keji “Salibkan Dia!! Salibkan Dia”
Tuhanku menunduk
Nestapa menyusup – menyelinap memenuhi hati dan jiwaNya,
memandang orang-orang yang hendak merajamNya
Oh!! Merekalah yang makan dan minum dari tanganNya,
yang tahir lalu bisa melihat, berjalan, berbicara bahkan bangkit oleh karena kuasa BapaNya
Yerusalem….!
Dengan lutut gemetar aku terus menjejaki punggungmu
Tatkala menikas ruang gelap nan sempit tempat Tuhanku diikat bagai domba yang hendak dibawa ke pembantaian – tak ubahnya penjahat kelas super, Ia hendak dihabisi dengan keji, hatiku bagai tertikam belati teramat tajam dan menembus kesadaran:
Ah…! Aku pun serupa kau, Yerusalem!
Menyesalkah Ia telah mencintai aku dan kau, Yerusalem serta kaum yang mendera – menghabisiNya?
Menguapkah CintaNya yang teramat mulia bagi kau dan aku?
Tidak…! Tidak….!
HatiNya adalah hati Allah Pencinta
HatiNya melampauai luasnya Tiberias
Mengatasi bentangan padang gurun tak bertepi
dan batas-batas kaki cakrawala
Ia tetap melanjutkan perutusan sampai tarikan nafas terakhir penuh cinta
Ya, Cinta yang dipancangNya bagi jiwa-jiwa yang papa
Emanuel Dapa Loka adalah wartawan dan penulis biografi yang menyukai dunia susastra, khususnya puisi. Dia selalu menyebut dirinya “penyair kambuhan”