Oleh Romo Albertus Herwanta, O. Carm
TEMPUSDEI.ID (3/12) – Menjelang pelaksanaan Pilkada, kampanye dilakukan. Berhubung masa pandemi, kampanye yang tepat adalah menghindari potensi kerumunan. Berkat sarana teknologi modern, kampanye daring tidak kalah menarik dibanding yang langsung menjumpai massa.
Tujuan dari kampanye adalah menarik perhatian dan suara dari “voters”. Mereka yang piawai menyampaikan program kerja dalam bahasa dan teknik komunikasi yang canggih akan berhasil. Sebaliknya, hanya mengandalkan baliho tentu hasilnya tidak maksimal.
Yang paling efektif adalah menunjukkan kepedulian kepada rakyat. Bukan hanya lewat kata, tetapi dengan tindakan. Menyatu dengan pemilih dalam situasi konkretnya hingga tiada lagi jarak antara calon pemimpin dan rakyat menjadi harapan khalayak. Walau tidak mudah, namun mungkin dilakukan.
Strategi memenangkan orang itu telah ditempuh oleh Rasul Agung dalam karyanya mewartakan kabar keselamatan. Yang dilakukan itu bisa menjadi inspirasi menarik.
“Sesungguhnya aku bukan hamba siapa pun. Meskipun begitu, aku menjadikan diriku hamba semua orang, supaya aku boleh memenangkan sebanyak mungkin orang. Bagi orang-orang yang lemah, aku menjadi seperti orang yang lemah, supaya aku dapat menyelamatkan mereka yang lemah. Bagi semua orang, aku telah menjadi segala-galanya, supaya sedapat mungkin aku memenangkan beberapa orang dari antara mereka. Segala sesuatu ini aku lakukan karena Injil, supaya aku mendapat bagian di dalamnya” (1 Kor 9: 19.22-23).
Bahasa untuk kemenangan yang paling komunikatif adalah memahami orang dan merasakan pengalaman mereka. Ini bisa diterapkan di dalam keluarga, sekolah, dan negara.
Ketika orang tua memahami dan bisa merasakan situasi anak dan sebaliknya, banyak masalah bisa diselesaikan secara baik dan benar. Manakala para guru atau dosen berhasil menjalin komunikasi dengan mereka yang diajarnya dalam suasana “mutual understanding” proses belajar lebih lancar. Demikian pula hubungan timbal-balik yang penuh pemahaman antara pemerintah dan rakyat memfasilitasi penyelesaian pelbagai masalah masyarakat.
Pengalaman menunjukkan bahwa jalan menuju kemenangan bukanlah unjuk kekuatan. Dialog, saling mengerti dan “tepo seliro” dapat jauh lebih mangkus dan sangkil.
Malang, 3 Desember 2020 pada Pesta Santo Fransiskus Xaverius