Mon. Nov 25th, 2024

Romo Dr. Rofinus Neto Wuli, Tokoh Kristiani 2020 Versi Majalah Narwastu

TEMPUSDEI.ID (3/12/20)

Salah satu tokoh pilihan Majalah Narwastu untuk tahun 2020 adalah Romo Dr. Rofinus Neto Wuli, Pr. Imam yang aktif dalam pelayanan rohani di lingkungan TNI dan Polri ini dinilai pancasilais dan memiliki semangat belajar yang tinggi.

Romo Rony, demikian ia biasa disapa, selalu bersemangat menabur nilai-nilai cinta pada Tanah Air dan Gereja. Ia selalu berusaha menghidupi semangat 100 Persen Katolik dan 100 persen Indonesia.

Pelajari Konflik

Melihat sering kali terjadi konflik di antara masyarakat Romo Rony terdorong mengambil studi doktoral di Universitas Negeri Jakarta dan menyelesaikan studinya dengan disertasi “Manajemen Konflik Berbasis Servant Leadership pada Ordinariatus Castrensis Indonesia.”

Menurutnya, konflik itu sebuah keniscayaan dalam hidup manusia, karena itu perlu dikelola dengan baik.

Sebagai seorang intelektual, Romo Rony selalu merasa berkewajiban mengingatkan tanggungjawab intelektual setiap akademisi. Seorang akademikus jelasnya harus selalu menjunjung  sikap profesional serta objektif. Hal ini semakin ia hidupi setelah ia melakukan penelitian tentang bagaimana akibat sebuah konflik.

Ia mengajak setiap anak bangsa memiliki sikap dewasa dalam menghadapi aneka dinamika yang bisa muncul dalam hidup bersama. Ia memandang, sikap inklusif merupakan salah satu pilihan yang bisa menjadi daya perekat di antara sesama anak bangsa ini. “Cara yang paling tepat menghadapi konflik adalah membangun budaya yang inklusif komperhensif meskipun berada di lingkungan yang plural,” tegas peraih Bintang Lemhanas RI tahun 2012 ini pada sebuah kesempatan.

Terkesan dengan Imam di Kampung

Lantas bagaimana ceritanya imam asal Flores ini meniti jalan panggilan menjadi imam? Keinginan itu muncul ketika melihat imam Katolik di kampungnya yang sangat mencintai umatnya dan sangat akrab dengan anak-anak. Imam tersebut juga sering menumpangkan tangan di atas kepalanya dan anak-anak yang lain lalu menerakan tanda salib pada dahi mereka. “Saat pastor ke rumah, ibu selalu mengajak ketemu pastor untuk diberkati oleh pastor. Pastor menumpangkan tangan dan menjamah ubun-ubun kepala saya, lalu memberi tanda salib atau berkat Tuhan,” jelas Romo Rony. Hal ini sangat berkesan bagi Rony kecil.

Ketika duduk di bangku kelas V SD, terutama setelah ia menerima komuni pertama, ia mulai merasakan ada suara panggilan baginya untuk  jadi seorang imam. Ia terus mendengarkan suara panggilan itu dan mengikutinya sampai akhirnya pria kelahiran Kelahiran Bajawa Flores 1967 ini masuk seminari dan selanjutnya meniti jalan panggilan dan pendidikan imam. (tD)

 

Related Post

Leave a Reply