Mon. Nov 25th, 2024

Mohon Doa untuk Sastrawan Remy Sylado yang Sedang Sakit

Sastrawan Remy Sylado. Foto: Emanuel Dapa Loka

TEMPUSDEI.ID (4/12/20)

Setelah beberapa waktu lalu dikabarkan dalam keadaan kritis, bahkan ada hoax yang mengatakan meninggal, sastrawan Remy Sylado kini mendingan. “Sudah ada kemajuan, cuma makan dan minum masih via infus. Doakan terus, ya,” kata Maria Louise istrinya melalui washap kepada TEMPUSDEI.ID.

Sang istri memohon doa bagi kesembuhan sang suami yang belakangan ini mengalami gangguan serius pada beberapa organ vital. Hal ini menyebabkan pemenang Khatulistiwa Literary Award 2002 itu beberapa kali keluar masuk rumah sakit. Saat ini dia sedang menjalani perawatan di Rumah Sakit Premier, Jatinegara. “Mohon doakan, ya supaya Remy sembuh dan masih bisa berbagi ilmu dan berkarya lagi. Banyak orang, dan saya masih membutuhkan dia,” pinta Maria Louise sekali lagi.

Remy Sylado, pria kelahiran Makassar, Sulawesi Selatan, 12 Juli 1945 ini memiliki nama asli Japi Panda Abdiel Tambayong. Ia pun memiliki banyak nama samaran antara lain Julia C. Panda, Dova Syla. Dan nama “Japi” pada awal nama aslinya, ia sebut sebagai kependekan dari Jubal Anak Perang Imanuel. Dia membuat kepanjangan tersebut mungkin karena terinspirasi dari cerita tentang ayahnya yang mengalami siksaan dari tentara Jepang.

Selain novelis, warga Paroki Rawamangun, Jakarta Timur ini juga dikenal sebagai ahli bahasa atau munsyi, penyair, dramawan, pengamat musik, pelukis, pematung, kritikus sastra dan film. Selain itu, dia juga sangat fasih bicara tentang teologi dan Alkitab. Dia juga pandai Bahasa Arab, Yunani, Ibrani dan beberapa bahasa lagi.

Semua ilmu tersebut dia peroleh bukan dengan belajar secara formal melalui bangku kuliah, tapi melalui semangat belajar otodidak. “Dulu saya biasanya ngumpet di dalam perpustakaan Seminari Teologi Baptis Simongan, Semarang.  Seminari itu dibuka tahun 1954 oleh Prof.Dr. Buford L. Nichols, salah satu dari 18 ahli Perjanjian Lama dan Baru di seluruh dunia kala itu. Di perpustakaan itu saya lahap semua buku-buku di dalam,” kata penyuka warna putih yang mengaku belum memiliki master piece ini suatu waktu di rumahnya di Cipinang, Jakarta Timur.

Remy menamatkan sekolah dasarnya di Makasar. Pada tahun 1954 ia melanjutkan sekolahnya ke Semarang dan lulus SMA tahun 1959. Tahun 1959—1962 ia belajar di Akademi Teater Nasional Indonesia (ATNI), Solo, dan di Akademi Seni Rupa Indonesia (ASRI), Solo, kemudian Akademi Bahasa Asing (Jakarta). (tD/EDL)

 

Related Post

Leave a Reply