Oleh Pater Remmy Sila, CSsR, Superior Samoa, Provinsi Redemptoris Oceania
TEMPUSDEI.ID (6/12/20)
Hari ini kita menyalakan lilin Adven II. Pada Minggu lalu kita menyalahkan lilin Adven I yang melambangkan: harapan untuk menguatkan kita bahwa Yesus, Sang Mesias yang dinanti-nantikan segera akan datang. Lilin kedua hari ini melambangkan: cinta Tuhan bagi kita dan cinta kita bagi sesama. Lilin ketiga pada hari Minggu Adven III nanti melambangkan: Sukacita karena kedatangan Tuhan sudah dekat. Dan akhirnya lilin Advent IV melambangkan: damai karena kedatangan Tuhan akan membawa “damai di atas bumi dan bagi semua orang yang berkehendak baik.”
Masa Adven senantiasa menarik dan mengarahkan hati kita kepada Tuhan. Masa Adven adalah waktu untuk memulai sesuatu yang baru dalam hidup dan terutama iman kita. Masa Adven adalah waktu untuk sedikit berdiam diri baik secara pribadi maupun bersama, guna mendengarkan dan merenungkan Sabda Tuhan bagi pembaruan hidup kita. Oleh karena itu, biasanya banyak kelompok yang mengadakan retret atau rekoleksi selama masa ini. Semua ini dilakukan untuk mempersiapkan jalan bagi Tuhan dalam hidup dan dalam hati kita.
Bacaan pertama hari ini diambil dari Nabi Yesaya 40: 1-5, 9-11. Kita hendaknya memahami kata-kata hiburan ini pada awalnya ditujukan kepada orang-orang Israel yang berada di pembuangan dan tinggal di negeri asing. Di negeri asing, di tempat pembuangan mereka tidak memiliki kesempatan secara terbuka untuk beribadah sebagaimana ketika berada di negeri sendiri. Orang-orang ini ingin kembali ke negeri mereka sendiri dan membangun kembali Bait Suci Tuhan dan bisa beribadah dengan bebas dan leluasa. Seperti komunitas masyarakat diaspora mana pun, kita boleh membayangkan bahwa tidak semua orang ingin kembali ke tanah air mereka setelah puluhan tahun hidup di negeri orang. Mengapa? Karena mereka tahu bahwa kembali ke negeri asal akan lebih sulit daripada tinggal di tempat mereka hidup sekarang.
Hal seperti ini sama dengan kehidupan kita dalam hubungan kita dengan Tuhan. Kita berada dalam pengasingan dari Tuhan karena dosa-dosa kita dan dosa nenek moyang kita. Meskipun selalu ada undangan untuk bertobat dan kembali hidup bersatu dengan Tuhan, tidak semua orang ingin berpaling kepada Tuhan karena karena Tuhan menginginkan suatu perubahan radikal dalam hidup kita. Maka kata-kata Nabi Yesaya juga sebenarnya ditujukan kepada kita jika kita ingin hidup sesuai dengan Sabda Tuhan dan menyadari bahwa kita tidak dapat melakukannya tanpa rahmat dan belaskasihan dari Tuhan dalam hidup kita.
Jika kita telah mencoba untuk setia dan menemukan diri kita gagal berulangkali, maka kata-kata Nabi Yesaya selalu relevan untuk kita. “Hiburkanlah, hiburkanlah umat-Ku!…Persiapkanlah di padang gurun jalan untuk Tuhan, luruskanlah di padang belantara jalan raya bagi Allah kita! Setiap lembah harus ditutup, dan setiap bukit diratakan; tanah yang berbukit-bukit harus menjadi rata, dan tanah yang berlekuk-lekuk menjadi dataran; maka kemuliaan Tuhan akan dinyatakan dan seluruh umat manusia akan melihatnya bersama-sama; sungguh Tuhan sendiri telah mengatakannya.” (Yes 40: 1-5)
Ketika kita menggunakan segala kekuatan dan kemampuan kita untuk mencari Tuhan, kata-kata Yesaya ini dapat membuat kita bisa meneteskan air mata dan bisa membuka hati kita kepada Tuhan yang lebih dulu mencari kita dengan penuh cinta dan belas kasihan.
Santo Petrus dalam bacaan kedua hari ini, 2 Petrus 3: 8-14, mengulangi pelajaran ini kepada kita: “Tuhan tidak lalai menepati janji-Nya, sekalipun ada orang yang menganggapnya sebagai kelalaian, tetapi Ia sabar terhadap kamu, karena Ia menghendaki supaya jangan ada yang binasa, melainkan supaya semua orang berbalik dan bertobat.” Tuhan sendirilah yang ingin memberi kita penghiburan, tetapi hal itu hanya bisa dilakukan-Nya sejauh hati kita terbuka dan menantikan-Nya dengan sikap dan semangat tobat yang baik dan benar. Maka Santo Paulus mengingatkan kita demikian: “Sebab itu, saudara-saudaraku yang kekasih, sambil menantikan semuanya ini, kamu harus berusaha, supaya kamu kedapatan tak bercacat dan tak bernoda di hadapan-Nya, dalam perdamaian dengan Dia.”
Oleh karena itu, Masa Adven juga adalah waktu untuk membangkitkan dan memupuk kesabaran kita dalam menantikan Tuhan, untuk membangkitkan harapan kita kepada-Nya, dan untuk memperdalam kesadaran kita akan kasih-Nya yang begitu besar bagi kita.
Sementara itu Injil hari ini, Markus 1: 1-8, mewartakan kepada kita kisah tentang Yohanes pembaptis, orang yang mencari Tuhan dan mempersiapkan jalan bagi kedatangan Tuhan dengan segenap kekuatannya. Penginjil Markus mengakui bahwa Yohanes Pembaptis adalah penggenapan nubuat Perjanjian Lama yang berbicara tentang orang yang akan mendahului Tuhan untuk mempersiapkan jalan bagi-Nya. Yohanes Pembaptis dalam menjalankan tugasnya tahu menempatkan diri bahwa Ia bukanlah Mesias yang dinanti-nantikan. Yohanes Pembaptis dengan rendah hati mengakui bahwa: “Sesudah aku akan datang Ia yang lebih berkuasa daripadaku; membungkuk dan membuka tali kasut-Nya pun aku tidak layak.”
Semoga Masa Adven ini kembali mengingatkan dan menyadarkan kita semua agar selalu sabar dan setia dalam menantikan kedatangan Yesus dengan semangat tobat yang benar. Dan semoga kita juga terus belajar meneladani Yohanes Pembaptis sang bentara Kristus: selalu rendah hati dan senantiasa memberi kesaksian tentang kasih dan kerahiman Tuhan bagi orang lain dan menarik mereka untuk mengalami dan merasakan kasih dan kerahiman Tuhan itu melalui diri kita. Inilah salah satu cara kita mempersiapkan jalan bagi Tuhan bagi diri kita sendiri dan bagi sesama.
Tuhan memberkati