Fri. Nov 22nd, 2024

Keluarga Kudus Nazaret, Model Keluarga Kristiani

Oleh Pater Remmy Sila, CSsR, Superior Samoa, Provinsi Redemptoris Oceania

Hari ini adalah hari Minggu Pertama dalam masa Natal. Dan hari Minggu ini adalah hari yang didedikasikan untuk Keluarga Kudus Nazareth, yaitu keluarga Yesus, Maria dan Yosef. Keluarga Kudus Nazareth ini adalah model dari setiap keluarga kristiani sejati. Secara sosiologis, keluarga merupakan inti dari masyarakat manusia dan tempat kehidupan dan pembelajaran dimulai. Dengan kata lain, keluarga adalah sekolah pertama dan utama bagi setiap anak.

Perayaan hari ini mempunyai dua pesan penting baik untuk kehidupan menggereja maupun untuk kehidupan bermasyarakat. Pertama, untuk mengingatkan kita tentang peran khusus dan pentingnya keluarga sebagai institusi sosial yang sangat vital. Artinya, bahwa rezeki dan penghidupan masyarakat kita bergantung pada kelangsungan hidup keluarga. Tidak akan ada sebuah masyarakat tanpa adanya keluarga-keluarga.

Kedua, perayaan ini mengingatkan kita pada konstitusi yang benar dalam sebuah keluarga. Artinya, persatuan yang benar dan diterima secara alami dan secara sosial adalah persatuan dari seorang ayah, ibu dan anak-anak mereka. Karenanya, persatuan apa pun, misalnya perkawinan sesama jenis,  atas nama keluarga, adalah sebuah penyimpangan. Dan praktik ini jelas-jelas melawan rencana dan kehendak Tuhan, “yang pada awalnya menjadikan mereka laki-laki dan perempuan.” Ketika menciptakan pasangan bagi manusia pertama, Tuhan tidak mengambil tulang rusuk Adam untuk menciptakan manusia lain yang sejenis untuk tinggal bersama Adam. Sebaliknya, Tuhan mengambil tulang rusuk Adam dan menciptakan manusia yang berbeda secara biologis dan fungsional, yaitu seorang wanita (Kej 1: 3).

Bacaan pertama dari Kitab Sirakh secara eksplisist menguraikan tiga komponen berbeda dari sebuah keluarga: ayah, ibu dan anak-anak. Itu secara setara menguraikan posisi setiap anggota keluarga dalam hubungannya satu sama lain: “Barangsiapa menghormati bapanya memulihkan dosa, dan siapa memuliahkan ibunya serupa dengan orang yang mengumpulkan hartaBarangsiapa memuliakan bapanya akan panjang umurnya, dan orang yang taat kepada Tuhan menenangkan ibunya” (Sir 3: 3-6). Setiap anggota keluarga penting dan unik dalam posisi dan perannya masing-masing.

Di sini, Sirakh sangat menekankan peran anak-anak terhadap orangtua mereka. Peran ini berpusat pada penghormatan dan kepatuhan kepada orang tua.  Santo Paulus dalam suratnya kepada jemaat di Efesus juga menegaskan hal yang sama dan menambahkan tentang peran para kepala keluarga: “Hai anak-anak, taatilah orang tuamu di dalam Tuhan, karena haruslah demikian. Hormatilah ayahmu dan ibumu – ini adalah suatu perintah yang penting, seperti yang nyata dari janji ini: supaya kamu berbahagia dan panjang umurmu di bumi. Dan kamu bapa-bapa, janganlah bangkitkan amarah di dalam hati anak-anakmu, tetapi didiklah mereka di dalam ajaran dan nasihat Tuhan” (Ef 6: 1-4).

Dalam bacaan kedua dari Kolose 3: 12-21, Santo Paulus mengingatkan kita tentang kebajikan-kebajikan  Kristiani yang sangat penting untuk menopang kehidupan keluarga kita. Setiap anggota keluarga harus berusaha keras untuk mendapatkannya dan mempraktikannya. Kebajikan yang dimaksud adalah: belas kasihan, kemurahan, kerendahan hati, kelemahlembutan dan kesabaran dan pengampunan. Setelah menyebutkan kebajikan-kebajikan di atas, Santo Paulus menegaskan: “Di atas semuanya itu: kenakanlah kasih, sebagai pengikat yang mempersatukan dan menyempurnakan. Hendaklah damai sejahtera Kristus memerintah dalam hatimu, karena untuk itulah kamu telah dipanggil menjadi satu tubuh. Dan bersyukurlah.” (Kol 3: 14-15)

Dewasa ini kebanyakan keluarga tidak hidup rukun dan damai karena kompleksnya persoalan yang dihadapi. Alih-alih mengenakan pakaian kasih, mereka malahan mengenakan pakaian kebencian dan perselisihan dan pertengkaran. Oleh karena itu, Santo Paulus   mengingatkan kita tentang peran setiap anggota keluarga: “Hai istri-istri, tunduklah kepada suamimu, sebagaimana seharusnya di dalam Tuhan. Hai suami-suami, kasihilah isterimu dan janganlah berlaku kasar terhadap dia. Hai anak-anak, taatilah orang tuamu dalam segala hal, karena itulah yang indah di dalam Tuhan. Hai bapa-bapa, janganlah sakiti hati anakmu, supaya jangan tawar hatinya” (Kol 3: 18-21). Peran ini sangat jelas bagi setiap anggota keluarga. Sekarang tinggal bagaimana setiap anggota keluarga memainkan perannya dan terpenting juga adalah selalu membangun komunikasi dan kerjasama yang baik dalam semangat cinta kasih sebagai pengikat setiap anggota keluarga. Untuk itu dalam setiap keluarga hendaknya selalu disediakan waktu bersama untuk saling berbagi suka, duka, kecemasan dan harapan guna saling menguatkan dan meneguhkan satu sama lain.

Selain kebajikan yang disebutkan Santo Paulus di atas, Injil hari ini menyajikan kepada kita karakteristik yang sangat penting dari sebuah keluarga yaitu doa dan kesatuan tujuan. Tanpa doa sebuah keluarga akan mudah kehilangan pijakan dan arah. Tanpa kesatuan tujuan setiap anggota keluarga akan mengejar mempertahankan kehendak dan tujuannya sendiri. Ketika Herodes mengancam bayi mereka, mereka bersama-sama memutuskan dalam doa untuk melarikan diri ke Mesir. Selanjutnya ketika genap waktunya, Maria dan Yosef bersama-sama membawa Yesus, putera mereka ke Bait Allah untuk disucikan dan dipersembahkan kepada Allah. Demikian juga ketika Yesus pada umur 12 tahun tertinggal di Yerusalem setelah perayaan Paskah, Maria dan Yosef bersama-sama kembali ke Yerusalem untuk mencari sampai menemukan Yesus. Mereka bertindak dan berdoa bersama untuk kebaikan keluarga mereka. Demikian juga Yesus ketika ditemukan oleh kedua orang tuanya di Bait Allah sempat mengatakan bahwa Ia harus berada di rumah Bapa-Nya, tetapi kemudian Ia tetap pulang bersama-sama kedua orang tua-Nya ke Nazareth dan tetap hidup dalam asuhan mereka sampai tiba waktunya bagi Dia untuk menjalankan tugas perutusan dari Bapa-Nya.

Ini adalah kebajikan yang sangat penting untuk diteladani dari mereka pada hari ini ketika kita merayakan pesta Keluarga Kudus Nazareth, Yesus, Maria dan Yosef. Khususnya di dunia modern di mana individualisme telah merusak hubungan keluarga-keluarga. Doa dan persatuan menopang dan membantu keluarga kita. Ini khususnya, pada saat-saat sulit dalam hidup. Maka benarlah pepatah yang mengatakan: “Bersatu kita teguh, bercerai kita runtuh.” Oleh karena itu, marilah kita berdoa: “Keluarga Kudus Nazareth, Yesus, Maria dan Yosef, doakanlah keluarga-keluarga kami.” Amin.

Selamat Pesta Keluarga Kudus. Tuhan memberkati.

Related Post

Leave a Reply