Eleine Magdalena, Penulis buku best seller
TEMPUSDEI.ID (30/12/20)
Hidup rohani bukan soal bagaimana kita memulainya, tetapi bagaimana kita mengakhirinya. Banyak orang mudah tergerak oleh pengalaman rohani yang indah, namun kerap sulit bertahan dalam masa kering. Tarikan untuk kembali hidup menurut keinginan sendiri, mau menang sendiri, tidak rela berbagi dan segala kecenderungan dosa bisa muncul kembali. Di saat penghiburan rohani ditarik dari kita, ujian ini dapat terasa lebih berat.
Injil Lukas 12:39-48 mengajak kita untuk tetap waspada sebagai orang-orang yang dipercaya oleh Tuhan. Maksudnya ialah agar kita tetap setia sampai akhir melaksanakan tugas dan kewajiban sebagai hamba sekaligus murid Tuhan. Tidak ada kata “sudah capek” melayani Tuhan atau “sudah cukup” berbuat baik kepada sesama. Melakukan apa yang Tuhan kehendaki adalah misi kita hidup di dunia ini. Kepada kita, yang diberi banyak waktu, kepandaian, uang dan kebijaksanaan, juga diminta banyak melakukan kebajikan. Yang kuat membantu yang lemah. Itulah tugas kita sebagai pengikut Kristus: merawat saudara-saudari kita dalam Kristus, anak-anak Maria. Tugas ini melekat pada kita. Bukan saja untuk beberapa bulan atau beberapa tahun, tetapi seumur hidup. Bentuk pengabdian dan pelayanan kita tentu saja dapat berubah sesuai keadaan dan kebutuhan.
Tuhan mengingatkan kita untuk menjadi hamba yang setia. Melaksanakan tugas bukan saja ketika dilihat orang, tapi juga ketika kita melakukan semuanya dalam sepi. Kita perlu senantiasa menyadari bahwa Allah ada bersama kita dan melihat segala perbuatan kita. Jika hidup kita sepenuhnya diarahkan kepada Tuhan maka kita kuat mengatasi godaan untuk mundur dalam hidup rohani. Mengarahkan pandangan kepada Allah dan bersandar kepada-Nya adalah kunci untuk tetap setia bertahan sampai akhir melewati saat-saat kering.
Marilah kita senantiasa waspada terhadap godaan kelalaian. Janganlah menunda-nunda berbuat baik. Kita perlu segera memperbaiki hubungan kita dengan Kristus karena kita tidak tahu kapan saat dan waktunya Yesus meminta pertanggungjawaban kita sebagai hamba-Nya di dunia ini. Hendaklah kita merawat hubungan kita dengan Kristus dengan terus-menerus menempatkan kehendak-Nya sebagai yang nomor satu dalam hidup kita. (Menemukan Tuhan Dalam Hidup Sehari-hari, 2012)