Eleine Magdalena, Penulis buku-buku seller
TEMPUSDEI.ID (19/1/21)
Sebagai seorang yang sudah menjadi Kristen Katolik sejak remaja, seringkali saya masih merasa kurang beriman. Saya cemas, bingung, dan takut terhadap banyak hal. Saya gelisah tentang masalah keluarga, ke mana anak-anak saya akan melanjutkan kuliah, bagaimana kelak calon istri mereka, siapa teman-teman mereka. Masalah pekerjaan, juga pelayanan kerap saya gelisai, misalnya jika akan mengajar atau memberi seminar atau retret. Saya khawatir jika hasilnya tidak sempurna atau kurang memuaskan.
Saya bingung karena kurang pasrah. Saya kurang percaya bahwa Tuhan akan menolong saya. Padahal saya sudah sering melihat pertolongan Tuhan. Namun, setiap kali menghadapi tanggung jawab baru dan permasalahan baru, saya kembali kurang percaya.
Tetapi, Tuhan adalah Tuhan yang tidak pernah kalah dalam kesetiaan dan kesabaran. Dia selalu menolong saya yang kurang percaya. Biasanya tiga hari atau dua hari sebelum bertugas, saya menemukan bahan yang tepat, yaitu ide penting yang perlu saya bagikan
Seharusnya saya tidak perlu terlalu khawatir karena Tuhan mengetahui apa yang saya butuhkan. Khususnya dalam melakukan pekerjaan-Nya. Membawakan pengajaran dalam retret atau seminar rohani 100% adalah usaha yang maksimal dan 100% adalah karya Roh Kudus. Terjadinya perubahan atau pertobatan sepenuhnya adalah karya Roh Kudus. Oleh karena itu kita perlu mengandalkan rahmat Tuhan. Melayani sesama bukan semata-mata karena keinginan atau kemampuan tertentu. Kita perlu mohon rahmat dan bimbingan Tuhan. Tanpa kuasa Roh Kudus tentu kita tidak dapat memberikan makanan rohani yang orang lain butuhkan.
Melakukan pekerjaan Tuhan bukanlah pekerjaan sampingan. Saya menyadari betapa sulit dan pentingnya hal ini. Penting karena menyangkut keselamatan kekal. Sulit karena di luar kendali dan kemampuan saya. Tentu saya tidak dapat mengatur Tuhan. Belajar pasrah dan berserah mengikuti waktu dan kehendak-Nya ternyata tidak mudah. Namun dengan mengerjakan pekerjaan Tuhan saya belajar untuk mengandalkan Tuhan dan bukannya diri sendiri. Saya belajar menyerahkan kendali pada Tuhan. Saya belajar untuk dipimpin oleh Tuhan yang Mahabijaksana dan Penguasa waktu. Menurut keinginan dan perhitungan saya, persiapan mengajar harus beres satu minggu sebelum hari-H. Namun kenyataannya tidak selalu seperti yang saya inginkan. Segala ada kendala yang membuat persiapan tertunda tidak perlu membuat saya cemas jika saya benar-benar percaya pada waktu Tuhan.
Ketika menjaga Mama di rumah sakit banyak yang khawatir saya turut sakit. Ada yang berpikir tentu saya lelah selama menginap di ICU dan selama tiga minggu menginap di rumah sakit. Ada juga teman yang menanyakan apakah saya jenuh. Saya pun berpikir seharusnya saya lelah secara fisik maupun psikis. Namun apa yang saya rasakan sebenarnya tidaklah seburuk itu. Situasi dalam diri saya malahan sangat baik. Saya tetap bisa berdoa satu jam sehari selama di rumah sakit dan bisa ke misa harian setiap pagi pukul 06.00. Walaupun jam kunjungan dokter di pagi hari tidak pasti, saya masih dapat bertemu dokter setelah misa pagi. Bagi keluarga si sakit, bertemu dengan dokter saat visit adalah waktu yang ditunggu-tunggu. Saya bersyukur setiap pagi saya bisa tiba kembali di rumah sakit, setelah misa harian, tepat sebelum dokter datang ke kamar memeriksa Mama.
Saya makin menyadari bahwa bila saya tetap berdoa dan mengandalkan Tuhan, Dia Sang Penguasa waktu mampu mengatur segalanya dengan sangat baik. Saya tidak merasa jenuh sama sekali. Bahkan waktu sehari demi sehari di rumah sakit terasa berlalu begitu cepat. Tuhanlah Penguasa waktu. (Kisah Kasih Tuhan, 2015)