Salah satu hal yang ditekankan Mgr. Ignatius Kardinal Suharyo pada khotbahnya dalam Misa Paskah di Katedral Jakarta (12/4), adalah perlunya pertobatan ekologis dari manusia penghuni bumi ini.
Uskup mengutip sebuah pendapat tentang penyebab merebaknya covid 19. Pendapat tersebut mengatakan, “Bisa jadi wabah adalah reaksi natural atas kesalahan manusia secara kolektif terhadap alam.” Dalam bahasa iman, jelas Kardinal, wabah antara lain disebabkan oleh dosa ekologis. “Kira-kira, maksudnya begini: wabah muncul karena manusia telah merusak tatanan dan harmoni alam. Perusakan alam itu membuat alam tidak seimbang lagi dan ini mempunyai akibat yang sangat luas dan beragam. Misalnya, pemanasan bumi, perubahan iklim, polusi yang mengotori semua elemen alam di darat, di laut, maupun di udara, dan munculnya berbagai macam penyakit baru.”
Ketidakseimbangan alam ini membuat tubuh manusia tidak seimbang pula. Imunitas melemah sehingga manusia menjadi rentan terhadap wabah. Seharusnya alam memiliki caranya sendiri untuk meredam wabah. Tetapi ketika nafsu keserakahan dan kesombongan manusia telah merusak alam, wabah tidak terbendung.
Wabah menyadarkan bahwa manusia adalah ciptaan yang rapuh, yang tidak mungkin bertahan jika alam ciptaan dihancurkan.
Kardinal pun menyampaikan harapan agar berbagai hal baik yang dilakukan manusia saat virus merebak dilanjutkan setelah nanti virus berlalu.
Lantas, bagaimana kita memaknai Paskah tahun ini dalam terang iman di hadapan pandemik covid-19?
Tempusdei.id meminta tanggapan sejumlah pihak. Berikut kata mereka:
Pdt. Gomar Gultom, Ketua Umum PGI
Kebangkitan Kristus itu membawa harapan baru akan masa depan yang lebih baik. Harapan itu mewujud dalam komitmen untuk ikut memperjuangkan dan merawat kehidupan di tengah makin beratnya tantangan masa kini, terutama pandemi Covid 19 dewasa ini.
Vivien Limengka, jemaat GKI Harapan Indah, Bekasi
Peristiwa kebangkitan Tuhan Yesus Kristus mengajak kita bangkit dari situasi kita saat ini, situasi apapun. Melihat keadaan sekarang, kita mesti bangkit dari situasi pandemi corona 19. Dalam keadaan ini pun, syukur kita tidak boleh hilang. Harus senantiasa bersyukur, tetap teguh dalam iman. Yesus adalah Tuhan yang hidup.
Amron Trisnardi, seniman, tinggal di BSD
Melalui Paskah ini Tuhan ingin memberi tahu bahwa manusia sudah sangat jahat. Manusia sudah sangat sombong. Melalui Paskah ini Tuhan kasih tahu, cuma Dia yang wafat dan bangkit. Itu atas kehendak BapaNya, bukan atas permintaan manusia.
Pun seperti yang kualami sendiri selama 12 tahun GGK sampai hari ini. Ikut kehendak Bapa, bukan memohon sesuai keinginan.
Gaya hidup ke depan, ya harus rendah hati. Ikuti saja kehendak Bapa. Nggak usah nyeleneh.
Helni Tanti, professional di Bekasi
Melalui Paskah ini saya disadarkan dan diingatkan kembali pada masa perjuangan bangsa Israel keluar dari Mesir menyebarangi laut merah. Saat ini kita semua umat manusia hanya mengandalkan Allah yang Mahabesar, Pencipta langit dan bumi. Pandemi covid-19 semakin membuka mata hati saya, kalau Allah mau semua bisa terjadi. Kalau kita percaya maka tidak ada yang mustahil, pandemi covid-19 akan segera dilenyapkan oleh Allah. Kini saatnya kita berbalik, berlutut, bertobat dari keserakahan kita selama ini. Kita kembali mengandalkan Allah kita yang hidup, berkuasa dan berbelas kasih.
Bersambung….