Oleh Eleine Magdalena, Penulis buku-buku renungan best seller
Sangat relevan bagi kita sekarang ini. Kita semua hidup di tengah-tengah dunia yang sarat dengan dosa. Pelanggaran hak asasi manusia terjadi di mana-mana, kekerasan dalam pelbagai bentuknya seperti misalnya pemaksaan kehendak pada kelompok atau orang lain sering sekali mewarnai relasi antarmanusia, perbuatan asusila menjadi sesuatu yang semakin lazim.
Banyak sekali nilai yang bertentangan dengan semangat cinta kasih seperti individualisme, konsumerisme, hedonisme semakin kuat melandasi pandangan dan sikap hidup manusia zaman ini, dll. Menyadari situasi dosa yang kita alami bersama ini, maka perlulah kita menanggapi seruan Yohanes Pembaptis secara serius.
Pertobatan (bhs Yunani: metanoia) berarti: perubahan hati, ganti haluan hidup. Secara lebih rinci pertobatan bagi pengikut Kristus adalah sebagai berikut:
- Keputusan untuk berbalik dari dosa kepada keselamatan dalam Kristus. Ini berarti menerima Kristus sebagai Juru Selamat dan Penguasa atas hidup kita. Jadi pertobatan meliputi antara lain:
– Pergantian penguasa dalam diri kita dari kekuasaaan Iblis (Ef 2:2) kepada kekuasaan Kristus (Kis 26:18),
– Berbalik dari cara hidup lama yang dikuasai oleh berbagai hawa nafsu dan kepentingan diri pada cara hidup baru yang dilandasi cinta akan Tuhan dan sesama,
– Meninggalkan gaya hidup lama yang dikendalikan oleh tabiat dosa seperti percabulan, kecemaran, hawa nafsu, penyembahan berhala, sihir, perseteruan, perselisihan, iri hati, amarah, kepentingan diri, pertikaian, perpecahan, kedengkian, kemabukan, pesta pora dan menghasilkan buah roh dalam dirinya, yaitu kasih, sukacita, damai sejahtera, kesabaran, kemurahan, kebaikan, kesetiaan, kelemahlembutan, penguasaan diri,
- Keputusan sukarela berkat rahmat Allah pada pihak orang berdosa untuk menerima tawaran keselamatan dalam diri Yesus dan melakukan kehendak-Nya,
- Suatu upaya terus-menerus untuk mengikuti Kristus secara lebih penuh dalam setiap segi kehidupan,
- Suatu perubahan cara pandang tentang diri sendiri, orang lain, kehidupan, Tuhan, dll. Perubahan dari cara pandang sempit, sesat dan terbatas menuju pada cara pandang yang lebih luas, tepat dan sesuai dengan cara pandang Tuhan sendiri,
– Cara pandang yang memandang diri dan orang lain sebagai pribadi-pribadi yang amat dikasihi dan berharga dimata Tuhan,
– Cara pandang yang melihat kehidupan ini sebagai kesempatan untuk mencintai dan dicintai, kesempatan untuk menghasilkan buah-buah yang baik dan berlimpah-limpah untuk dipersembahkan bagi Tuhan dan sesama,
– Cara pandang yang melihat Tuhan sebagai Allah yang dekat, yang memungkinkan kita memasuki hubungan pribadi dengan-Nya, menyapa-Nya sebagai Bapa, Sahabat, mengalami bahwa Allah kita adalah Allah yang sungguh hidup.
Ada beberapa motivasi yang mendorong seseorang untuk bertobat. Secara bertingkat-tingkat dapat kita katakan ada 3 hal yang mendorong seseorang untuk bertobat yaitu:
- Motivasi yang paling rendah tingkatannya adalah rasa takut akan hukuman dosa,
- Motivasi lain yang juga sering mendorong seseorang untuk bertobat adalah demi pahala atau demi kerajaan surga,
- Motivasi yang paling tinggi adalah demi cinta kepada Tuhan. Sebagaimana diteladankan oleh St. Theresia dari Lisieux, yaitu segala-galanya dilakukannya melulu demi cintanya kepada Yesus.
Pertobatan selalu mulai dari diri sendiri. Bukan merupakan pertobatan bila kita hanya menghitung-hitung kesalahan orang lain dan menghakiminya sebagai pendosa. Bukan merupakan pertobatan jika kita sekadar menghitung-hitung kesalahan sendiri dan merenungi nasib. Bukan merupakan pertobatan jika kita hanya sekadar tahu apa yang baik dan benar namun belum pernah mau melaksanakannya.
Namun, pertobatan adalah suatu perubahan sikap batin yang buah-buahnya dapat dilihat dan dialami secara nyata oleh diri sendiri dan orang lain. Pertobatan haruslah nyata lewat sikap dan tindakan konkret mulai dari hal kecil dan sederhana. (Mata Iman, 2017)