Simply da Flores, Alumni STF Driyarkara Jakarta
Agenda kunjungan Paus Fransiakus di Irak sedang berlangsung (5-8 Februari 2021). Paus sebagai pimpinan Gereja Katolik sedunia, membawa doa dan kerinduan seluruh umat Katolik. Kunjungan ini wujud dan simbol kerinduan asaliah, damba dan harapan kodrati, naluri nurani hakiki kemanusiaan.
Sesama Saudara
Paus Fransiskus berasal dari Italia, terlahir di Argentina, lalu menjadi pemimpin Gereja Katolik. Ia berdomisili di kota Roma. Sejak terpilih menjadi Paus, Fransiskus belum mengagendakan kunjungan ke Argentina. Dia justru ke Irak, tanah Sadam Husein, negeri yang sedang banyak konflik, bahkan ada yang mengkhawatirkan keamanan Paus.
Pertanyaannya, seberapa pentingkah Paus Fransiskus berkunjung ke Irak? Apa yang Paus cari dan ingin dapatkan dari sana?
Dari aneka pemberitaan, ternyata Paus Fransiskus memiliki kerinduan rohani, kepedulian kemanusiaan dan membawa serta misi kegembalaan. Paus mau senasib dengan segala duka derita yang dialami masyarakat Irak karena masalah politik, ekonomi dan keamanan yang terjadi selama ini. Paus solider dengan luka jiwa raga yang mendera masyarakat Irak akibat berbagai konflik, serangan terorisme ISIS, serta segala konflik horisontal yang sudah dan sedang terjadi. Paus, sebagai Pemimpin Gereja Katolik, juga mau menyenasib dengan domba-dombanya di seluruh wilayah Irak, yang seperti domba di tengah serigala.
Karena itu pertimbangan keamanan bagi diri Paus yang penting, seperti dinomorduakan bahkan kurang dipedulikan. Agenda kunjungan tetap berjalan ke Irak.
Paus membawa misi hakikat kemanusiaan, solidaritas asaliah dan relasi kodrati alamiah, yakni jiwa “sesama saudara”. Sesama, artinya satu dan sama sebagai manusia ciptaan Allah, tanpa membedakan suku, ras, adat budaya, negara dan agama. Terlahir sebagai nur Allah – Citra Allah, yang saling membutuhkan dan saling melengkapi dalam suka dan duka.
Sesama karena menghirup udara yang sama dan mutlak tergantung kepada alam lingkungan untuk kehidupan ini. Kita satu udara. Sesama karena satu darah, darah manusia. Dan sesama saudara yang genuine, solidaritas yang hakiki terlihat dan terbukti ketika dalam duka, derita sengsara. Bukan saat pesta pora dan gembira.
Sejarah Relasi Bapa Leluhur Abraham
Di Indonesia, Proklamator Bung Karno dikenal antara lain dengan ungkapan “Jasmerah”. Artinya, “jangan sekali-kali melupakan sejarah”. Sejarah orang tua leluhur, sejarah asal usul, dan sejarah para pendahulu yang berjasa pada kehidupan dan peradaban kita saat ini, untuk berziarah ke depan.
Paus ternyata rindu membangun solidaritas asaliah dan relasi kodrati kemanusiaan, sesama saudara di Irak, yang adalah tanah asal Bapa Bangsa dari tiga kelompok agama besar, yakni Yahudi, Kristen dan Islam. Sesuai Alkitab, Bapa Abraham adalah leluhur semua suku bangsa yang berkembang biak di muka bumi, sebanyak bintang di langit dan pasir di laut.
Di negeri asal Bapa Abraham, tanahnya Sadam Husein yang dilanda berbagai cerita duka lara kemanusiaan inilah, Paus terdorong dan terpanggil untuk datang.
Paus terdorong oleh kerinduan, damba dan solidaritas kepada sesama saudaranya. Paus terpanggil untuk melihat dan merasakan langsung, bukan hanya pribadi, tetapi sebagai Pimpinan Umat Katolik dengan seluruh umat, untuk berdoa dan memberi harapan perdamaian serta Kuasa Kasih Allah di tengah penderitaan yang belum bertepi.
Paus membawa harapan dan cinta akan kebenaran dan kasih sayang persaudaraan, yang diimani akan mampu merangkul para pemimpin negara, pemimpin agama Islam dan berbagai tokoh bangsa di Irak untuk bersalaman dari jiwa dan nurani penuh ketulusan.
Paus hendak mendeklarasikan bahwa kejahatan, perang dan egoisme tidak bisa diatasi dengan perang dan berbagai kekerasan. Tetapi, kejahatan dikalahkan dengan perbuatan kasih sayang persaudaraan asaliah, ketulusan cinta kodrati dengan mengandalkan kekuatan Cinta Allah.
Hakikatnya, manusia adalah duta cinta Allah, nur dan kalifah Allah, pembawa kasih dan damai bagi sesama. Bukan dengan kata-kata hampa, tetapi dengan doa dan perbuatan nyata.
Paus datang ke Irak, untuk memberi kesaksian bahwa dirinya nyata sebagai seorang “sesama saudara” bagi segenap masyarakat di Irak. Kunjungan ke Irak adalah sebuah perjalanan doa dan pernyataan kasih sayang kemanusiaan asali dan persaudaraan kodrati.
In Omnibus Christus
Melihat kehadiran Kristus dalam segala sesuatu, karena didorong oleh kasih Kristus – caritas Christi urget me – adalah nafas dan darah jiwa Paus Fransiskus dalam tugas pengabdiannya sebagai Pimpinan Gereja Katolik. Kristus Yesus, Sang Juru Selamat menjadi segalanya bagi hidup Fransiskus. Dan semuanya dilakukan dalam nama Kristus, demi kemuliaan ALLAH – Ad Maiorem Dei Gloriam.
Keteladanan spiritual Santo Fransiskus Asisi, yang melihat kehadiran Allah dalam segala ciptaan, juga menjiwai tekad pelayanan Paus, sehingga mendorong dirinya untuk datang ke Irak, dan seolah melupakan Argentina negara asalnya.
Paus mengingatkan semua manusia untuk saling peduli dan solider dalam kehidupan zaman ini sebagai “sesama saudara”, dan paling dibutuhkan adalah saat sesama terluka menderita lara dan nestapa tak berdaya.
Perintah Agung Allah, Perintah Cinta Kasih
Kasihilah Tuhan Alahmu dengan segenap jiwa ragamu, dan kasihlah sesamamu seperti engkau mencintai dirimu sendiri.
Semoga misi Paus membawa damai. Semoga juga doa dan kesaksian Paus bagi sesama saudara di Irak, menjadi kado istimewa bagi manusia di seluruh dunia di masa Pra Paskah ini. Inilah Perjalanan Cinta Kasih dan ziarah doa kemanusiaan kodrati dan wujud solidaritas persaudaraan asali di tengah pandemi.
Paus mengingatkan dengan memberi contoh kepada semua pengikut Kristus tentang Sabda Agung Tuhan: “Apa yang kamu lakukan kepada saudara-saudari-Ku yang paling hina, kamu lakukan kepada-Ku. Waktu Kulapar, kamu beri Aku makan. Waktu Kuhaus, kamu beri Aku minum. Waktu Kusakit, kamu menolong Aku. Waktu Aku jadi geladangan, kamu beri Aku tumpangan. Waktu Aku dipenjarakan, kamu mengunjungi Aku…..”
Viva il Papa Francesco, Servus Servorum Dei.
Inspirasi bagi saya sebagai pengurus serikat buruh dalam mengelola organisasi buruh bahwa kita adalah pelayan bagi mereka ” buruh ” yang memang pengabdian dan pelayanan. bagi saya pemimpin di semua sektor kehidupan di dunia ini baik pemimpin agama, budaya, politik, suku, negara dan bangsa, sehrusnya melayani teladan Kristus yg diwariskan untuk semua makluk hidup dan sebagai citra Allah yg maha tinggi tetapi bisa merelahkan diri menjadi manusia hina, cercaan, sengsara dan wafat dikayu salib demi menebus dunia. Terutama menjadi pelayan bagi kita manusia.