Fri. Nov 22nd, 2024

Food Estate di Sumba Tengah yang Diresmikan Jokowi Terancam Hama Belalang

Bupati Paulus Kira (jaket hitam) saat memimpin langsung pemberantan hama belalang di Kecamatan Umbu Rato Nggai. Foto: Try
Paulus Kira, Bupati Sumba Tengah pimpin langsung pemberantas hama belalang. (Foto: Biro Humas Sumba Tengah)

SUMBA TENGAH, TEMPUSDEI (14 MARET 2021)

Bupati Sumba Tengah turun langsung pimpin pemberantasan hama belalang, sampai tidur dalam mobil di desa-desa

Lumbung Pangan atau Food Estate yang diresmikan Presiden Joko Widodo di Sumba Tengah, NTT pada 23 Fe bruari 2021 kini dalam ancaman serius hama belakang.

Saat ini sudah lebih dari 2000-an Ha tanaman jagung milik petani di wilayah pantai utara (Pantura) Sumba Tengah diserang hama belalang. Bahkan, sekitar 2000-an Ha lebih tanaman jagung lainnya juga berpotensi diserang.

Jika tidak ada antisipasi yang terukur dan tepat dalam waktu yang sangat singkat, atau jika upaya yang Pemda lakukan saat ini gagal, maka padi sawah di food estate tersebut akan habis dimakan belalang yang memang sering kali menjadi momok bagi para petani di Sumba.

Atas hama belalang tersebut, Bupati Sumba Tengah, Paulus S. Kira Limu telah menyatakan “Kabupaten Sumba Tengah Darurat Hama Belalang”.

“Sumba Tengah saat ini kami nyatakan darurat hama belalang,” kata Bupati Paul pada Jumat, 12/3/21.

Untuk mengatasi hama tersebut, Bupati Paulus telah mengerahkan 3 sampai 4 SKPD dalam sehari untuk turun ke posko-posko. Tiap SKPD beranggotakan 15-20 orang. Ini berarti, setiap hari hampir 100 orang yang turun ke lokasi untuk melakukan penyemprotan. Mereka bekerja siang dan malam.

Hari Minggu pun para petugas bekerja secara bergiliran, bahkan sampai menginap di kebun warga di desa-desa.

Bupati Paulus turun sendiri memimpin pemberantasan hama belalang tersebut. “Saya tiga malam tidur di mobil di desa,” aku Paulus.

Bupati Paulus mengatakan, penyemprotan terhadap belalang memang lebih efektif dilakukan ketika masih kecil yang baru menetas, dengan panjang sekitar 1 atau 2 Cm. Tetapi akan sulit dikendalikan ketika belalang itu sudah bisa terbang. “Di Sumba Tengah saat ini, belalangnya sudah besar dan bisa terbang dan itu butuh kerja ekstra lagi. 1 ekor itu bertelurnya bisa sampai 200, bayangkan saja kalau sampai 10 ribu ekor maka kali 200 ada berjuta-juta belalang yang menyerang tanaman jagung bahkan sekarang pindah ke kacang-kacangan, sehingga misalkan belalangnya masuk dalam waktu 2 atau 3 jam maka semuanya ludes tidak ada sisa,” ujar Bupati Paulus seperti dilansir media Selatan Indonesia.

Bisa dipastikan, akibat serangan hama belalang, ke depan masyarakat Sumba Tengah akan kekurangan bahan makanan atau dilanda masa paceklik.

Adei S Ora (berpajaian dinas – tanpa topi) ketika berada di lapangan.

Adri Umbu Raisi Sabaora, Asisten Tata Pemerintahan dan Kesejahteraan Rakyat Kabupaten Sumba Tengah menjelaskan kepada tempusdei.id, terhitung sampai 14/3, petugas dari Pemda Sumba Tengah sudah 13 hari berada di kebun-kebun masyarakat untuk membasmi belalang dengan melakukan penyemprotan.

“Kami berupaya sungguh-sungguh menghambat belalang ini masuk ke desa Umbu Rato Nggai dan Kecamatan Mamboro dengan melakukan penyemprotan  insektisida yang disiapkan dari Dinas Pertanian. Petugas secara bergiliran benar-benar bekerja siang malam,” aku Adri.

Masih menurut Adri, upaya yang pihaknya lakukan saat ini juga untuk menahan laju hama agar tidak sampai ke lokasi Food Estate.

Untuk sampai ke lokasi Food Estate jelas Adri, belalang harus melewati dua kecamatan, yakni Kecamatan Umbu Rato Nggai Tengah dan Kecamatan Umbu Rato Nggai Barat dengan jarak tempuh sekitar 70-an kilo meter.

Dalam waktu dekat jelas Adri lagi, Pemerintah akan membagikan beras kepada masyarakat yang tanamannya diserang hama belalang. (tD/EDL)

 

Related Post

Leave a Reply