Sat. Nov 23rd, 2024
Umat Kristen di Arab. (Foto: Wikipedia)

 

Oleh Weinata Sairin, Teolog dan Pendeta

TEMPUSDEI.ID (27 MARET 2021)

Pdt. Weinata Sairin,

“Tetapi kamu, Saudara-saudara yang terkasih kamu telah mengetahui hal ini sebelumnya. Karena itu waspadalah supaya kamu jangan terseret ke dalam kesesatan orang-orang yang tidak mengenal hukum dan jangan kehilangan peganganmu yang teguh” (1 Yoh 3:17 TB Edisi 2 1997).

Masalah klise dan krusial yang dihadapi umat kristen di abad-abad pertama adalah munculnya ajaran sesat yang mengajarkan bahwa Yesus adalah manusia biasa bukan Kristus, Sang Penyelamat dan bukan Juru Selamat Dunia. Ajaran seperti ini tentu menimbulkan kegaduhan bahkan menimbulkan perpecahan dalam kehidupan Jemaat. Ajaran sesat seperti ini muncul dengan subur di abad-abad pertama oleh karena munculnya kekosongan rohani di kalangan masyarakat, sementara agama yang ada dianggap tidak mampu memberikan kepuasan rohani.

Ajaran sesat dalam berbagai bentuknya memang hampir selalu lahir di setiap zaman. Orang-orang modern acap terkecoh juga dengan “ajaran sesat” oleh karena kehidupan modern yang kering, digitalic dan terkadang menafikan hal hal yang berdimensi spiritualitas.

Surat 1 Yohanes ini memberikan pengingatan kepada kita agar kita waspada dan tidak jatuh dalam pelukan orang-orang sesat, dan supaya kita tetap berpegang teguh pada iman kita. Ajaran sesat tidak mesti melulu berbaju teologi atau agama bisa juga berjubah sekuler, tetapi pengaruh dan daya penetrasinya bisa melampaui agama-agama.

Sebagai orang modern yang hidup di era digital, kita harus terus terpanggil untuk mengamati tingkat kemurnian teologi Gereja kita. Ajaran sesat bisa saja muncul tatkala Gereja tak mampu secara tepat dan cepat menjawab berbagai pertanyaan yamg muncul tentang dunia modern.

Tatkala Gereja membisu terhadap berbagai kenyataan hidup yang bertentangan  dengan teologi Gereja yang standar, maka umat bisa mencari jawab di tempat yang lain. Gereja harus responsif terhadap pergumulan umat dan mengingatkan umat agar menjadikan Firman Tuhan sebagai fundamen, sumber kekuatan  dalam kehidupan praksis.  Di tengah era pandemic, maka Gereja harus menyapa dan meneguhkan umat melalui teknologi informasi: WA,IG,  Telegram,Tweeter, VC, Zoom, dsb untuk memperkuat spiritualitas umat agar setiap saat mereka tetap tegar, beriman teguh menjalani kehidupan sehari-hari sebagai anak-anak Tuhan yang memiliki Yesus Kristus sebagai Juru Selamat. Yesus bersedia meniti jalan sengsara yang penuh luka duka dan berdarah-darah demi keselamatan seluruh umat manusia!

Selamat menyambut dan merayakan hari Minggu.

Tuhan memberkati.

Related Post

Leave a Reply