SATU MEI
Biasanya saat matahari satu Mei
menjelajah segala ruang kota
jalan-jalan tak pernah sepi
dari suara pejuang memekakkan
selalu ada teriakan mengasah segala saraf
dengan ujud untuk keadilan
Kali ini genta sunyi menekuk
mematikan kekuatan melawan ketakadilan
berjedah turun berjuta massa
sampai jalan kota tak lagi terpapar
oleh bau asa kemarahan
Biasanya jalan kota berkabut
asap api meniduri langit
meludah amarah pada ban bekas
tahun ini genta kesunyian ditabuh
bersama keringat yang kalah diperjuangkan
Genta kesunyian meresap pada nurani
menangisi kematian ragawi
seribuan buruh yang bertarung
di antara ketakpastian nasib
dalam luka sayatan tak tersembuhkan
Denpasar, 01.05.2021
KETIKA KAU PULANG
Ketika kau pulang ke kampungmu
menumpang pada peti mati
dalam beku daging dan tulang belulang
bibir yang terlanjur kaku bisu
air mata cinta membasuh jiwamu
itu tanda kau dicintai
Merantau ke Malaysia
itu bukan garis kehidupan
yang ibunda torehkan di plasentamu
saat kau mulai tumbuh
di rahimnya yang maha luhur
Entahlah kita harus bilang apa
tentang kehidupanmu yang terenggut
terpatahkan di tangan para majikan
pada darah amarah yang mendidih
dan kau tak lagi manusia di matanya
Kematianmu dirayakannya tanpa penyesalan
bahkan tanpa menguak pintu penjara
nyawamu cuma seharga sekerat sampah
yang dapat dicampakkan
bila sudah tak dibutuhkan
Ketika kau pulang ke kampungmu
menumpang peti mati tanpa karangan bunga
tangis pedih perih menyapamu
sedang kau pulas dalam kebisuan
di sana, di tempat kerjamu
majikan kembali muntahkan amarahnya
pada korban pengganti darahmu
Denpasar, 01.05.2021
Selamat Hari Buruh
Agust G. Thuru, Penyair, tinggal di Denpasar