AJARI KAMI AKSARA BERMAKNA
Dalam Belajar Merdeka di Literasi
Mudji Sutrisno, SJ
Ketika huruf A lalu I dan S, kami rangkai menjadi AIS,
pendidikan mengajari untuk terus “mengais-ais”
pantang menyerah dan kreatif dalam hidup ini.
Ketika huruf-huruf yang sama,
guru-guru literasi yang tekun sabar
menemani kami di saat krisis nutrisi
untuk membentuk kata ASI:
Air Susu Ibu.
Terbuka mata kami pada ibu-ibu
yang melahirkan dari rahim kehidupan
serta mengajari menyebut namanya.
Ketika tiga huruf yang sama kita rangkai menjadi ISA
Kita bisa berdialog agama
Yang kristiani dan yang muslim bertaut
karena di situ ada Isa Almasih.
Namun, jangan biarkan saat pandemi dan situasi susah ini
kami terjebak untuk putus asa
karena suasana muram mengajak kami mengeja 3 huruf menjadi SIA.
Hidup yang sia-sia, tanpa asa. Janganlah!
Begitu pula pendidikan pencerahan merdeka
memberi makna telah mengajari kami,
anak-anak bangsa untuk menulis kata IBU,
untuk menyadari bahwa tidak ada yang agung,
tidak ada tokoh atau presiden
tanpa lahir dari rahim seorang IBU.
Namun teman-teman yang mencelakakan
telah mengubahnya dari IBU menjadi BUI
karena korupsi, karena kejahatan.
Tidak mudah pula menemukan pangan
dan kami mesti belajar makan
dengan tiga huruf tadi menjadi U-B-I
yang sama sehat, berkalori
karena kami kalian didik
untuk tidak menggantungkan makanan
hanya pada nasi,
ada ubi, ada sagu, ada jagung, ada sorgum.
Inilah ranah-ranah belajar merdeka
yang dimulai dari awal dalam dan dengan literasi.
(3 Mei 2021)