TEMPUSDEI.ID (13 MEI 2021)
“Dan akan Yesus Kristus….yang naik ke surga, duduk di sebelah kanan Allah Bapa Yang Maha Kuasa…”.
Inilah salah satu bagian credo atau pengakuan iman orang Kristen di mana saja dan dalam aliran atau denominasi apa saja. Bagian ini secara literer berasal dari Injil Markus yang berbunyi: “Sesudah Tuhan Yesus berbicara demikian kepada mereka, terangkatlah Ia ke sorga, lalu duduk di sebelah kanan Allah.” (26,19).
Injil Lukas melukiskan dengan cara yang sedikit berbeda, tapi pada intinya menerangkan hal yang sama: kenaikan Yesus ke surga adalah realitas, seperti halnya kebangkitan-Nya.
“Lalu Yesus membawa mereka ke luar kota sampai dekat Betania. Di situ Ia mengangkat tangan-Nya dan memberkati mereka. Dan ketika Ia sedang memberkati mereka, Ia berpisah dari mereka dan terangkat ke sorga. (24,50-51).
Tentu saja bisa diperdebatkan apakah Yesus secara pasif ke surga (terangkat) atau aktif (naik). Tapi yang menjadi dasar iman Kristen adalah bahwa Dia tidak lagi berada di bumi secara fisik setelah kebangkitan-Nya, dan bahwa Dia ke surga dengan cara yang istimewa.
Peristiwa Yesus naik atau terangkat ke surga ini hanya bisa dibandingkan dengan nabi Elia yang juga diangkat ke surga hidup-hidup (2 Raj 2,11).
Kenaikan Yesus juga sudah diramalkan oleh Daud dalam Mazmur 110,1: “Demikianlah firman TUHAN kepada tuanku: “Duduklah di sebelah kanan-Ku, sampai Kubuat musuh-musuhmu menjadi tumpuan kakimu”. Hal inilah yang dikutip oleh Petrus dalam kotbahnya pada hari Pentakosta (Kis 2,34-35).
Peristiwa kenaikan Yesus ke surga menjadi tanda bahwa Dia telah menyelesaikan tugas-Nya di dunia dan dimuliakan walau pekerjaan belum selesai sepenuhnya. Ibaratnya, pertandingan telah selesai tapi kompetisi masih berjalan. Atau pertempuran usai tapi peperangan masih berlanjut.
Karena itu menjadi penting juga untuk memahami pesan-pesan terakhir Yesus kepada murid-murid-Nya. Pesan paling utama adalah memberitakan Injil. “Pergilah ke seluruh dunia, beritakanlah Injil kepada segala makhluk”. (Mrk 16,15).
Yesus mengatakan: “Beritakanlah Injil”. Beda dengan “Khotbahkanlah Injil”. Memberitakan atau memproklamirkan atau mewartakan Injil adalah sebuah tindakan dengan kesaksian hidup, melalui pikiran, perkataan sekaligus perbuatan. Berkhotbah cukup dengan kata-kata.
Dengan perintah ini tidak berarti Yesus lepas tangan. Tanda dan kuasa ajaib akan menyertai para murid-Nya agar mereka mampu melaksanakan tugas mereka. Tuhan Yesus pun turut bekerja bersama para murid-Nya.
Carpenter adalah anak dari keluarga miskin di salah satu pedesaan di Amerika. Dengan bantuan beberapa orang dia berhasil sekolah di kota dan menjadi dokter. Karena sulit menemukan pekerjaan di kota, dia kembali di kampungnya dan membuka praktik dokter. Selama jadi dokter kebanyakan pasiennya tidak mampu membayarnya. Tapi dia tetap melayani sampai usia tuanya. Tempat praktiknya sekaligus tempat tinggalnya ada di lantai dua sebuah ruko. Depan ruko itu ada tulisan: “Dr. Carpenter di lantai atas”.
Ketika dia meninggal banyak orang merasa berduka dan kehilangan. Karena itu mereka membuat sebuah monumen untuknya dengan tulisan ini: “Dr. Carpenter di lantai atas”.
Yesus adalah Dokter di atas segala dokter. Kita pun bisa berada di sana.
Salam hangat dari Biara Santo Alfonsus-Konventu Weetebula, Sumba, NTT