SAUDARAKU DI PALESTINA DAN ISRAEL
Kusapa kalian di Palestina dan Israel sebagai “sesama saudaraku”
Karena haqul yakin,
kalian sungguh ciptaan Allah yang sama
kalian masih menghirup oksigen dari alam yang sama
kalian masih injak bumi dan disinari mentari yang sama
kalian masih manusia dengan darah yang sama
kita sesama saudara
Kusapa kalian semua manusia di mana pun
Kita “sesama saudara”
Mengapa iri dengki dendam, permusuhan dan perang tak usai
Apakah tujuan kehidupan ini adalah hawa nafsu,
senjata dan pertumpahan darah sesama,
demi mutlaknya kebenaran diri pribadi dan kelompok?
Haruskah untuk menjamin kehidupan ini dengan senjata,
kerakusan diri – kelompok dengan membunuh sesama ?
Perang terus berkobar
Korban anak-anak dan perempuan
serta warga tak bersenjata terus berjatuhan
Ladang penguburan semakin sempit
Pesta pora dan hawa nafsu
sekelompok orang di atas banjir darah
dan hamparan jenazah menjadi permainan
yang membela dan menghujat pun terus berlangsung,
atas nama agama dan kebenaran kelompoknya
Menyulut kobaran api dengan senjata, bara api dan bahan bakar
Padahal
Kita “sesama saudara”
Sepenggal doaku:
Buka kedua telapak dan lepaskan senjata
Peluklah dadamu rasakan detak jantung dan desah nafasmu
Jiwa nuranimu gerakan tangan
mengulur kepada sesama untuk berjabatan
Katakan saja:
Mari saling memaafkan karena kita sesama saudara
Mari hentikan perang
karena kehidupan yang dibela tidak bisa dilakoni oleh banjir darah dan jenazah
Kita semua manusia adalah sesama saudara, asaliah kodrati alamiah
Kita citra Allah
Kita Khalifah Allah
Kita Nur dan Fitrah Allah bagi sesama
Amin
MEMAHAT CINTA DI NUA PU’U
Menyebut nama Nua Pu’u
terasa desiran darah menggelora
dan detak jantung berdebar lebih cepat
lantaran ikatan darah leluhur terpatri dalam jiwa ragaku
Nua Pu’u tumpah darahku dan istana asal usul generasi
Cita-cita membawa mengembara
ke tanah rantau dan menemukan cinta
Masa depan bahagia terbangkan jiwa raga
ke mana-mana menjumpai tawaran
dan harus membuat pilihan
Saat semangat menggelora mengembara
Nua Pu’u memanggil menarik langkah
harus kembali membawa cinta
untuk diabadikan di Sao Ria, Tubu Musu – Keda Kanga,
Musu Mase tumpah darahku
Sekuat aku bertanya dan menolaknya,
lebih dasyat lagi panggilan Nua Pu’u
merenggut jiwa raga untuk kembali berbakti
menjadi generasi pewaris kearifan adat budaya para leluhur
melestarikan pesona warna-warni
tradisi dan kearifan kodrati
agar tali peradaban tidak lapuk
dan sirna dimakan zaman
Meski kembali dengan baluran luka
dan seribu tanya di jiwa raga
aku tak berdaya berlari mengembara
aku terpanggil memahat cinta di Nua Pu’u,
melukis bangga pesona di Sao Ria,
merias warna-warni pelangi
di pelataran Tubu Musu – Keda Kanga,
melakukan doa sesaji sembah di tempat ritual adat,
dan lestarikan kasih persaudaraan asali
di kampung halaman tumpah darahku,
agar para leluhur damai
generasi pewaris berbangga
dan Du’a Nggae tersenyum
Aku terus memahat cinta di Nua Pu’u
Aku terus melukis kasih sayang asali
di tanah tumpah darahku Lio
Nusa Nipa – Bumi Naga – Flores
Catatan Kata Bahasa Lio:
Nua Pu’u: kampung asal muasal, kampung tua pertama
Sao Ria: rumah besar dari suku dalam kampung adat
Tubu Musu – Keda Kanga: tempat pemujaan kepada Sang Pencipta alam semesta dan leluhur
Du’a Nggae: Allah Pencipta Semesta Alam, dalam simbol Bapa Langit dan Ibu Bumi
Lio – Nusa Nipa: Lio, wilayah adat budaya di Kabupaten Ende dan sebagian barat Kabupaten Sikka
Nusa Nipa: Pulau Naga, Flores di Propinsi NTT.