Oleh Simply da Flores, Alumnus STF Driyarkara Jakarta
Sejarah bangsa dan NKRI mencatat dengan tinta emas bahwa Ir. Soekarno adalah salah satu Proklamator Kemerdekaan NKRI, pahlawan bangsa dan Penggali Pancasila. Nama Pancasila dirumuskan dan diberikan isinya oleh Ir. Soekarno, dalam pidatonya pada tanggal 1 Juni 1945. Kemudian dalam sidang BPUPKI tanggal 18 Agustus 1945, UUD 45 ditetapkan sebagai UUD NKRI, dan Pancasila sebagai Dasar Negara Republik Indonesia.
Jasmerah – Ilham di Bawah Pohon Sukun
Pada tahun 1934 -1938, Ir. Soekarno diasingkan sebagai tahanan politik Penjajah Belanda di kota Ende, pulau Flores. Kota Ende dianggap sebagai wilayah terpencil untuk Sang Proklamator agar sulit berkomunikasi dengan sesama pejuang kemerdekaan dari berbagai kota di pulau Jawa. Ini pengalaman yang pahit bagi seorang Soekarno yang sedang semangat membangun jaringan perjuangan melawan penjajah, ketika diputuskan relasinya dengan sesama pejuang kemerdekaan.
Tulisan Ir. Soekarno dalam sejumlah memoar tentang pengalamanya selama di kota Ende ternyata berbeda. Pengalaman tentang relasinya dengan masyarakat sekitar, hubungan akrab dengan para pastor, kesempatan pengalaman spiritualnya, pendalaman iman keislamannya, karyanya membuat toneel – drama lalu dipentaskan bersama kelompok sandiwara di kota Ende, juga secara khusus Ilham dari kota Ende – Flores menemukan berlian makna Pancasila.
Saat ini, sejarah Ir. Soekarno diabadikan pada sebuah monumen dekat pantai kota Ende – lapangan Perse, di bawah pohon Sukun sebagai tempat merenung Sang Proklamator. Juga ada situs Bung Karno, rumah tinggal saat pengasingan. Masih ada sejumlah dokumen karya Bung Karno di biara Konradus SVD Ende, serta Penerbit Nusa Indah memublikasi sebuah buku dengan judul, “Bung Karno, Ilham dari Flores untuk Nusantara”.
Satu ungkapan Sang Proklamator yang terkenal adalah Jasmerah (Jangan sekali-kali meninggalkan sejarah), yang juga ditulis dalam sebuah buku. Hikmah Jasmerah yang patut disadari, dipahami dan dihayati dalam kehidupan setiap generasi adalah nilai luhur sejarah bagi kehidupan setiap pribadi, kelompok, organisasi, suku bangsa, dan khusus sebagai warga negara Indonesia.
Peran dan jasa para pahlawan dalam sejarah memerjuangkan kemerdekaan dan lahirnya NKRI jangan sampai dilupakan dan ditinggalkan. Dengan menyadari dan menghargai jasa para pahlawan, kita memiliki spirit dan kekuatan untuk menjaga dan mengisi kemerdekaan NKRI sesuai dengan cita-cita luhur Proklamasi. Bangsa yang besar adalah bangsa yang tahu menghargai jasa para pahlawan.
Pertanyaannya, bagaimana keadaan generasi kita zaman ini dalam mengenal, mengetahui, memaknai dan mensyukuri jasa para pahlawan serta nilai sejarah bangsa dan NKRI? Bagaimana program pendidikan nasional memberi tempat tentang sejarah bangsa dan negara Indonesia bagi generasi muda? Bagaimana para pemimpin bangsa dan NKRI memberi teladan tentang menghargai jasa para pahlawan, nilai luhur Pancasila dan cita-cita Proklamasi serta UUD 45?
Ada indikasi bahwa kita di zaman now semakin melupakan sejarah bangsa dan NKRI yang sekarang diwariskan kepada kita. Budaya korupsi yang menjerat bangsa ini, merebaknya radikalisme dan terorisme, soal pemerataan pembangunan, keadaan alam dan politik di Papua sekarang, rusaknya sumber daya alam di berbagai wilayah, soal lapangan kerja dan pengangguran, serta masalah penegakan hukum dan berbagai persoalan bangsa lainnya. Semoga semua persoalan bangsa dan negara kita Indonesia semakin dapat diatasi, dan upaya pembangunan mengisi kemerdekaan NKRI semakin mampu dilakukan sesuai tujuan Proklamasi
Babo Ir. Soekarno
Sapaan Babo Ir. Soekarno adalah satu bentuk ungkapan Jasmerah dari Ende – Flores. Babo dalam bahasa Lio di Kabupaten Ende, adalah sapaan akrab dan hormat bagi seorang sesepuh adat budaya, yang lebih khusus atas jasa dan teladan hidupnya.
Maka, dalam rangka memeringati Hari lahir Pancasila 1 Juni dan sekaligus HUT Ir. Soekarno 6 Juni, saya menyapa Sang Proklamator dengan sebutan Babo. Pemerintah Daerah Kabupaten Ende, menyelenggarakan acara Festival Parade Pesona Kebangsaan dalam rangka bulan Bung Karno dan Hari Pancasila, dengan sejumlah kegiatan.
Sapaan Babo Ir. Soekarno, kiranya menjadi penegasan fakta sejarah bagi bangsa dan warga NKRI bahwa kota Ende – Flores – Propinsi NTT adalah bagian integral sejarah Republik Indonesia. Bagi komunitas adat budaya Lio, masyarakat kabupaten Ende, bahwa Pancasila dan Ir. Soekarno – Sang Proklamator adalah bagian sejarah kehidupan kita sebagai anak generasi adat budaya, warga bangsa NKRI dan sekaligus warga dunia. Pancasila, sejatinya bukan hanya untuk bangsa Indonesia tetapi untuk warga dunia; demi menciptakan kehidupan kemanusiaan yang adil beradab, damai dan sejahtera.
Sapaan Babo Ir. Soekarno juga menjadi peringatan atas pesan penting beliau soal kehidupan sosial budaya dan penghayatan bergama di tanah air ini.
Khusus tentang mutlaknya toleransi dan prinsip menghayati agama di Indonesia, beliau berpidato dan berpesan: “…kalau jadi Islam, jangan jadi orang Arab. Kalau jadi Hindu, jangan jadi orang India. Kalo jadi Kristen, jangan jadi orang Jahudi. Tetaplah menjadi orang Indonesia dengan adat budaya Nusantara yang kaya raya ini… Merdeka.”
Babo Ir. Soekarno sudah melihat jauh ke depan pada saat itu, tentang urgensi kepribadian bangsa Indonesia sebagai bangsa besar dan khas, dengan ciri keanekaragamannya, seperti tertulis dalam lambang negara Garuda Pancasila; Bhinneka Tunggal Ika.
Persatuan dalam keanekaragaman, karena saling membutuhkan dan saling melengkapi sebagai “sesama saudara”, saudara se-bangsa dan se-tanah air, yang bersumber dari prinsip kodrati hakiki penyelenggaraan Sang Pencipta – Tuhan Yang Maha Esa.
Ujian atas persatuan bangsa dan kesadaran nilai hakiki persaudaraan tersebut sedang terjadi dewasa ini. Apakah kita generasi bangsa Indonesia mampu menjaga NKRI, mengisi kemerdekaan dengan penuh syukur kepada Allah dan terimakasih kepada jasa para pahlawan? Seberapa besar kesadaran dan komitmen kita segenap warga bangsa NKRI mengetahui, menyadari dan menghayati nilai luhur dalam Pancasila?
Menjamurnya kelompok radikal di negeri ini, penegakan hukum yang abu-abu dan syarat kepentingan politik, merebaknya hoaks serta ujaran kebencian, berkobarnya radikalisme dan kasus terorisme selama ini menjadi fakta memprihatinkan; khusus dalam komitmen kebangsaan dan patriotisme para pejabat negara serta kita seluruh warga negara. Ke mana arah langkah dan nasib NKRI, dengan dasar negara Pancasila hari ini dan besok?
Semoga dengan bantuan Kuasa Allah Yang Maha Pengasih dan Maha Penyayang, berbagai masalah dan tantangan bangsa dan NKRI tercinta dapat diselesaikan dan dihadapi, keutuhan bangsa tetap terjaga dan kesejahteraan warga semakin terwujud. Kiranya Pancasila semakin sakti bagi Indonesia Jaya, mandiri sejahtera.