Oleh EMANUEL DAPA LOKA
Berkesempatan berkunjung ke Israel itu datang tiba-tiba. Barangkali, ini yang dikatakan orang rezeki anak soleh…! Mungkin ada benarnya, tapi rasanya saya mendapat kesempatan tersebut beberapa waktu lalu, terutama bukan karena kesolehan, tapi semata-mata karena berkat Tuhan.
Dalam rombongan tour yang tergolong kecil, hanya empat belas orang kami mengunjungi berbagai tempat bersejarah baik sebagai sejarah peradaban dunia maupun, dan terutama bagi saya dalam sejarah iman kristiani. Perhentian-perhentian dalam perjalanan kami tempuh dengan gaya hit and run. Betapa tidak dikatakan begitu, baru sebentar berada di sebuah tempat, pimpinan rombongan sudah memberi sinyal untuk segera naik kendaraan untuk pergi lagi ke tempat yang berbeda. Hal ini patut dimengerti karena banyak tempat yang harus dikunjungi untuk berwisata dan tentunya berdoa.
Saya ingin mulai catatan saya dari Makam Yesus. Setelah itu, saya akan mengajak Anda mondar-mandir ke mana-mana.
Sungguh tak lengkap jika dalam perjalanan semacam yang kami lalui tersebut tidak mengunjungi Makam Yesus yang terletak di atas puncak Bukit Golgota. Mengapa? Inilah makam paling suci yang pasti sangat dihormati oleh setiap orang kristiani. Di makam ini diyakini sebagai tempat Yesus dimakamkan. Di tempat ini dibangun Gereja Makam Suci yang disebut juga sebagai Gereja Makam Kristus atau yang dalam Bahasa Latin disebut Ecclesia Sancti Sepulchri. Di sini takjubku bergelora saat merenungkan betapa Tuhanku Yesus telah berkorban setotal-totalnya untuk mengangkatku kembali menjadi manusia bermartabat di hadapan BapaNya.
20 Kali Dihancurkan
Seperti dijelaskan dalam berbagai catatan sejarah, Kota Yerusalem melalui berbagai perang mengalami penghancuran berkali-kali, termasuk Gereja Makam Yesus.
Trias Kuncahyono dalam buku Pilgrim (PBK2017 menulis, selama 30 abad terakhir, sudah lebih dari 20 kali kota ini ditaklukkan dan dihancurkan serta dibangun kembali. Dia katakana pula dalam buku yang sama, Gereja Makam Kristus baru selesai dibangun kembali di zaman Ratu Malisande pada tahun 1149.
Tercatat dalam Injil, makam Tuhan Yesus adalah makam baru yang di dalamnya belum pernah dimakamkan seseorang. Lantas tersua pula dengan jelas dalam Injil, betapa “mengenaskan” jalan sengsara yang harus Yesus lewati dari rumah Kayafas sampai ke Golgota atau bukit tengkorak, tempat Ia meregang nyawa setelah berseru eloy eloy lama sabakhtani.
Bukit Golgota kami capai setelah menyusuri jalan yang Yesus lewati tatkala memanggul salibNya, mengalami jatuh bangun, ditonton banyak orang, diolok-olok, disiksa, diludahi.
Saya lalu berpikir, pastilah di antara orang-orang yang menyaksikan penderitaan Yesus itu ada yang mencemooh karena memandang Pria yang menyandang salib pada bahuNya itu sebagai penjahat kelas super, sebab orang yang dihukum dengan cara disalib kala itu adalah penjahat kelas kakap dengan kejahatan luar biasa atau extraordinary crime. Barangkali di antara mereka ada juga yang naluri kemanusiaannya tergerak lalu menaruh simpati dan empati. Dan pasti ada juga di antara orang-orang yang pernah ditahirkan, dikasih makan oleh Yesus, tapi sudah termakan hasutan sehingga ikut-ikutan menghujat. Tapi barangkali ada juga dari mereka yang mau bersuara untuk membela, namun takut kepada penguasa.
Tokoh di Jalan Salib
Kita tahu dalam Injil Matius 27:31-32 atau Markus 15:20-21 atau Lukas 23:26, ada tokoh bernama Simon dari Kirene yang dikatakan telah menjadi murid Yesus secara sembunyi-sembunyi yang ikut membantu Yesus memikul salibNya. Saya yakin, walau dikatakan ia dipaksa membantu Yesus, Simon sangat bangga dan merasa terberkati telah ikut memikul Salib Mulia itu.
Ada juga Bunda Maria yang setia mengikuti Jalan Salib Putranya. Selain itu, ada seorang tokoh wanita lain yang kemudian “disebut” bernama Veronica, diduga kuat bahwa dia adalah wanita yang disebutkan dalam Injil Matius 9:18-26. Sekali lagi, tokoh ini tidak dengan sangat jelas disebut dalam Injil sebagai Veronica. Dia memberanikan diri atau melepaskan diri dari rasa takut manusiawinya lalu menunjukkan cintanya kepada manusia yang rupaNya sudah buruk itu.
Sungguh! Hanya keberanian dan cinta yang melepaskan wanita tersebut dari ketakutan yang membelenggu. Mengapa dia takut? Andai para prajurit yang sedang mabuk darah itu tersinggung atau marah dengan tindakannya, sangat mungkin dia pun menjadi korban. Oleh karena cinta dan keberaniannya, dia mendapatkan lukisan wajah Yesus.
Bersimpuh di Makam Yesus
Untuk masuk dan menyentuh makam Yesus, kami harus antree selama lebih dari satu jam. Kami mendapatkan penjelasan dari tour guide bahwa tidak biasanya pada hari semacam kami mengunjungi Makam Yesus itu sangat banyak pengunjung. “Entah mengapa hari ini ramai sekali pengunjung,” katanya sambil menyuruh kami menjaga antrian, sebab jika tidak awas, ada rombongan lain yang pelan-pelan mau nyalib lalu duluan. Ternyata ada juga orang jenis ini yang membawa tabiat malas antree ke sana.
Setelah akhirnya bisa masuk, waktu untuk berada di depan Makam Yesus, hanya sekelebat sebab peziarah lain sudah antree juga. Setelah menyentuh makam dan berdoa sejenak, kami keluar dan dalam jarak sekitar sekitar 7 atau 8 meter, tampak orang berkerumun di sebuah tempat, yang kemudian saya tahu sebagai tempat sebuah batu tempat Yesus dibaringkan sesaat setelah diturunkan dari SalibNya, diletakkan. Di situ ada batu merah marun dan kekuning-kuningan. Kata orang-orang, jika pada batu itu diusap-usapkan kain, maka akan keluar aroma wangi. Dan memang benar! Saya menyentuhkan tangan dan mengusap-usapkan kain tenun Sumba yang selalu saya bawa lalu menciumnya. Wangi!