RP Albertus Herwanta, O. Carm
TEMPUSDEI.ID (28 JUNI 2021)
Mengambil keputusan menentukan hidup manusia. Seluruh perjalanan hidupnya tidak lain dari rangkaian pengambilan keputusan. Begitu pentingnya hal itu, sehingga di perguruan tinggi pun diajarkan ilmu atau seni mengambil keputusan.
Ada dua cara dan hasil dari pengambilan keputusan. Pertama, secara salah dengan hasil merugikan. Kedua, secara benar dan membuahkan yang baik dan bermanfaat. Bagaimana dapat menghindari yang pertama dan melakukan yang kedua?
Orang perlu melihat alasan dan tujuan terbaik dari keputusannya. Menentukan skala prioritas. Artinya, mengutamakan yang terpenting, paling baik dan benar serta menyingkirkan yang di bawahnya. Begitu itu jelas, orang perlu mengambil keputusan tegas.
Itulah yang dikatakan oleh Sang Guru Kehidupan kepada mereka yang mau mengikuti-Nya. Ketika seorang ahli Taurat berkata, “Guru, aku akan mengikuti Engkau ke mana saja Engkau pergi,” Dia menjawab, “Serigala mempunyai liang dan burung mempunyai sarang, tetapi Anak Manusia tidak mempunyai tempat untuk meletakkan kepala-Nya” (Mat 8: 19-20). Artinya, jaminan duniawi mesti dilepaskan. Tuhan diutamakan.
Pada saat seorang murid ingin mengikuti-Nya dengan permohonan untuk diizinkan pergi menguburkan ayahnya, Sang Guru bersabda, “Ikutlah Aku dan biarlah orang-orang mati menguburkan orang-orang mati” (Mat 8: 21-22). Tidak berarti bahwa hormat kepada orangtua boleh diabaikan, tetapi Tuhan itu mesti menjadi yang terutama.
Manakala secara jelas orang dapat melihat bahwa tawaran dan panggilan dari itu paling baik dan benar sebagai pilihan, semua yang lain mesti dilepaskan. Tantangan utamanya terletak pada “melepaskan” yang kerap amat sulit dan berat.
Meski mengerti bahwa tawaran dan pilihan dari Tuhan itu terbaik dan paling tepat, banyak orang memilih mempertahankan yang dipegang atau dimilikinya. Bahasa lainnya, melekat. Kelekatan kepada apa pun yang bukan Tuhan menghambat orang mengikuti Dia.
Apakah aku sudah menemukan pilihan tepat bagi jalan hidupku? Apakah aku percaya bahwa Tuhan memanggilku untuk mengikuti Dia? Jika itu sudah jelas, mengikuti Dia tidak dapat ditunda. Mesti diputuskan sekarang juga.