TEMPUSDEI.ID (6 SEPTEMBER 2021)
Spiritualitas pendidik itu tidak lain adalah profesionalisme yang ditunjukkan oleh kecakapan untuk memampukan peserta didik melihat banyak pilihan dalam hidup. Dengan kemampuan itu, mereka bisa mengambil keputusan terbaik dan bertanggungjawab atas keputusan tersebut, kemudian bermanfaat bagi peningkatan martabat manusia.
Hal tersebut dikatakan Rektor Universitas Katolik Parahyangan Mangandar Situmorang dalam Webinar Membangun Spiritualitas Pendidik dalam Pendidikan Era Digital yang digelar oleh Pemuda Katolik Komda DKI Jakarta pada hari Sabtu, 4 September 2021.
Untuk memenuhi spiritualitas yang dia maksudkan, Unpar saat ini sedang mencari calon dosen untuk Fakultas Keguruan dan Pendidikan yang orientasinya menjadi guru atau pendidik. Untuk itu ada kualifikasi yang harus dipenuhi selain kualifikasi akademik juga kompetensi akademik melalui tes TPA , bahasa inggris dengan TOEFL dan melalui tes kejiwaan. Tidak kalah penting juga bagaimana mereka memahami dan menyelami katolisitas atau nilai–nilai kekatolikan.
Pembicara lain adalah Sekretaris Eksekutif Komisi Pendidikan KWI Romo TB. Gandhi Hartono, SJ, anggota Komisi X DPR RI MY Esti Wijayati, dan Wakil Bidang Kurikulum Sekolah Tri Ratna Robertus Afrianus Nanga.
Romo Gandhi, SJ dalam presentasinya menekankan tentang spiritualitas perubahan. Kata Romo Gandhi, perubahan menjadi kebutuhan sekaligus sulit dilakukan. Spiritualitas itu berada pada ketegangan antara idealisme dan realitas atau harapan dengan kenyataan. “Maka untuk menghidupi spiritualitas, kita diharapkan mampu mengolah hati atau rasa tentang apa yang kita rasakan, mengolah pikir dengan mencari alasan atas apa yang kita rasakan dan beraksi atau berbuat dengan mengambil tindakan atas dasar baik, benar dan kontekstual,” kata Romo Gandhi.
Anggota DPR RI MY. Esti Wijayati mengingatkan salah satu tujuan hidup bernegara, yakni mencerdaskan kehidupan bangsa. Esti juga mengingatkan bahwa terdapat regulasi tentang sistem pendidikan nasional yang befungsi untuk mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa.
Sistem itu lanjut Esti, bertujuan mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, sehat, kreatif, mandiri, dan demokratis serta bertanggung jawab.
Wakil Bidang Kurikulum Sekolah Tri Ratna Robertus Afrianus Nanga menekankan spiritualitas pendidik meliputi kesadaran, keimanan, beserta kebaikan. Kesadaran ini merupakan keinginan untuk terus belajar banyak hal dan mengembangkan diri untuk diri sendiri dan peserta didik. Keimanan jelasnya, berpijak pada keyakinan demi melindungi diri dari sikap buruk dengan mencontohi teladan untuk menggerakkan cara kita mendidik. “Kebaikan tidak lain merupakan aktualisasi diri yang bersumber dari kesadaran dan keimanan akan panggilan,” katanya.
Tentang Webinar tersebut, Wakil Ketua Bidang Pendidikan dan Iptek Pemuda Katolik Komda DKI Jakarta Marcelinus Frelly Sitanggang memberi penjelasan. “Sesudah setahun lebih proses pendidikan berlangsung di tengah impitan Covid-19 dengan segala dinamikanya, Pemuda Katolik memandang penting mengangkat tema khusus tentang bagaimana membangun spiritualitas pendidik, dan sejauhmana refleksi para pelaku pendidikan atas perkembangan yang terjadi dengan harapan memotivasi kita semua untuk terus bergerak dalam situasi yang kritis,” ujar Sitanggang.