VIENNA, AUSTRIA, TEMPUSDEI.ID (9 OKTOBER 2021)-Orang yang selalu terlihat bahagia bukan berarti dia tidak punya masalah dalam hidupnya. Mungkin dia juga sedang berjuang mengatasi persoalannya. Hanya saja, ia tidak mau memberikan energi negatif kepada orang di sekitarnya. Dia hanya ingin memberikan energi positif. Karena dia pun percaya energi positif yang dibagikannya juga akan mendatangkan kebaikan lagi, bukan hanya bagi dirinya tapi juga bagi sesamanya. (Vienna, 25 September 2021).
Sepenggal renungan ini saya tulis pada 25 September 2021. Ya, saya merenungkan dan mempraktikkan dalam hidup sehari-hari, betapa pentingnya untuk selalu berbuat baik. Berbuat baik yang saya maksud adalah memperlakukan sesama dengan penuh respek, mengucapkan kata-kata yang baik, memberikan tindakan yang baik. Karena semua itu merupakan bagian dari energi positif. Setiap energi yang kita keluarkan akan kembali lagi pada kita. Maka jika kita tidak ingin menerima energi negatif, janganlah menerbarkan energi negatif. Bukan berarti orang tidak boleh memiliki problem dalam hidupnya, namun bagaimana kita mengelola setiap masalah agar tidak memperbesar energi negatif.
Kisah Nyata
Berikut ini adalah kisah nyata dalam kehidupan saya yang menunjukkan bagaimana energi positif itu bisa menyebar dan mendatangkan kembali energi positif.
Beberapa bulan lalu, seorang penyintas covid yang juga fashion designer (Omar Fahd) hampir saja bunuh diri. Terbentang jarak antara Jakarta dan Vienna, ia sering menceritakan penderitaannya pada saya. Yang saya lakukan adalah memberinya semangat penguatan dan mendoakannya. Hingga akhirnya dia sembuh dan kembali bisa berkarya.
Merasa dirinya menerima kebaikan, ia pun menyalurkan kebaikan lagi kepada orang lain dengan beberapa cara, di antaranya menjahit kantong jenazah secara sukarela dan membagikan makanan bagi mereka yang membutuhkan, terutama untuk anak-anak di Tangerang yang orang tuanya meninggal akibat Covid.
Mengetahui hal ini tentu menjadi syukur luar biasa bagi saya karena saya melihat inilah sungguh nyata kebaikan dan cinta Tuhan. Ia memang tak terlihat, namun kasih-Nya nyata dialami oleh manusia. Bukan hanya dalam pengalaman ini, karena masih ada pengalaman lanjutan antara saya dengan Omar Fahd.
Saya sejak lama memiliki kebiasaan berziarah ke banyak gereja untuk mendoakan banyak orang. Biasanya saya akan memotret gereja tersebut dan mempublikasikannya di media sosial dengan tujuan siapa tahu menginspirasi orang lain juga untuk berziarah ke sana. Rupanya beberapa foto gereja yang saya buat telah menginspirasi Omar Fahd untuk mendesain motif batik.
Ia terinspirasi dari langit-langit bergaya gothic di Katedral Munich Jerman dan salib serta patung Perawan Maria di Gereja Santa Anna Lehel Jerman. Didesainnya sebuah motif batik berjudul “Mata Tuhan.” Motif batik ini didominasi warna merah, yang bermakna kasih dan pengorbanan dengan dua motif utama berbentuk segi empat yang berarti altar bagi perawan suci dan bentuk salib berwarna kuning.
Ia mengirimkan pada saya foto desain batik “Mata Tuhan” dan menjelaskan maknanya serta dari mana ia mendapat ide. Menurutnya, desain tersebut akan dijadikan motif resmi untuk batik di Desa Kayu Batu, sebuah desa di pedalaman Papua. Jelas saja saya kaget, sekaligus kagum dan bangga padanya. Ia yang beberapa bulan lalu berada dalam keadaan terpuruk karena dua kali terinfeksi Covid dan hampir bunuh diri, kini bangkit dan membagikan kebaikan bagi orang di sekitarnya.
Kesedihan dan kesusahan hidup bukanlah hal yang dapat dihindari, tapi dapat diatasi. Dengan tetap berusaha memberikan energi positif pada orang-orang di sekitar akan membawa kembali getaran energi positif pada diri sendiri dan orang lain. Kebaikan akan mendatangkan kebaikan juga. Dan Sang Sumber Kebaikan adalah Tuhan sendiri.*
Sr. Bene Xavier, MSsR, dari Vienna, Austria