Tatapan tajam “Man of Sorrows” menghadirkan gambaran manusiawi yang sangat modern tentang Kristus yang menderita.
TEMPUSDEI.ID (13 OKTOBER 2021)-Lukisan besar seniman Renaisans Alessandro Botticelli tentang Yesus yang menderita ini akan dijual oleh rumah lelang Sotheby, New York pada Januari nanti dengan perkiraan harga lebih dari $40 juta. Jika kurs dollar 14.200 rupiah, maka lukisan tersebut mencapai nilai 568 miliar rupiah.
“The Man of Sorrows” adalah salah satu karya besar Botticelli terakhir yang dia kerjakan dengan tangan sendiri. Dia selesaikan pada akhir karirnya, pada akhir abad ke-15 hingga awal abad ke-16. Lukisan tersebut dianggap sebagai mahakarya.
Gambar tersebut menjelaskan sifat ganda Kristus: tampak malaikat yang membawa instrumen Sengsara membentuk lingkaran cahaya di sekitar kepala Yesus yang menunjuk keilahian-Nya, sementara tatapan tajam-Nya menyampaikan kemanusiaan-Nya. Ini tatapan yang menggetarkan dan menarik.
Botticelli menyelesaikan lukisan itu pada saat dia berada di bawah pengaruh biarawan Dominikan Girolamo Savonarola, yang berjuang melawan dekadensi dan pesta pora di masyarakat Florentine dan di Gereja.
Kecaman Savonarola atas apa yang dia lihat sebagai seni “profan” membuat Botticelli, yang dikenal dengan mahakarya sekulernya yang luar biasa seperti “Primavera” dan “Birth of Venus,” membakar beberapa lukisannya dan meninggalkan aktifitas melukis selama beberapa tahun.
“Man of Sorrows” mewakili gaya baru yang terlambat untuk Botticelli. Catatan Sotheby menyebutkan bahwa “Man of Sorrows” ditandai dengan simbolisme Kristen dan spiritualitas visioner.
Tentang lukisan tersebut, Christopher Apostle mengatakan: “Selama dekade terakhir hidupnya, hasil karya Botticelli sangat berbeda dari karier sebelumnya, yang sering dicirikan sebagai lambang cita-cita Renaisans tentang humanisme dan keindahan. The Man of Sorrows adalah penggambaran Kristus yang sangat realistis yang melambangkan penderitaan dan kematian-Nya, tetapi dengan tingkat kemanusiaan yang menakjubkan, dan ini merupakan ciri khas lukisan Botticelli. Lukisan ini juga menampilkan keilahian Kristus dengan kedalaman psikologis yang menakjubkan.
Simbolisme dalam Lukisan
“The Man of Sorrows” menunjukkan ciri yang sangat modern, tetapi kaya akan simbolisme Kristen tradisional.
Luka-luka Kristus: Kristus ditunjukkan dengan tiga luka, di tangan-Nya dan di sisi kanan-Nya.
Malaikat dan instrumen sengsara: Malaikat yang membawa Arma Christi, atau instrumen sengsara, membentuk lingkaran cahaya di sekitar kepala Kristus. Tampak tangga yang digunakan dalam penyaliban, cambuk yang digunakan untuk mencambuk Kristus, tombak yang digunakan untuk menikamnya, tiang tempat Kristus diikat dan dicambuk, penjepit yang digunakan untuk mencabut paku, dan spons yang direndam dalam cuka dan ditempelkan pada tongkat yang “dipersembahkan” kepada Kristus sebelum kematian-Nya.
Salib: Salib ditempatkan di atas kepala Kristus, melambangkan Gereja yang Ia dirikan.
Kerudung St. Veronica: Tiga malaikat memegang kerudung yang digunakan St. Veronica untuk menyeka keringat di dahi Kristus saat Ia berjalan ke Kalvari.
Di Mana Lukisan Itu?
“The Man of Sorrows” milik penyanyi opera Inggris terkenal, Adelaide Kemble Sartoris (1814-1879). Lukisan diturunkan atau diwariskan kepada cicit perempuannya, Lady Cunynghame, yang menjualnya dilelang pada tahun 1963 seharga £10.000 ($28.000). Sejak itu, lukisan tetap dalam koleksi orang yang sama.
Lukisan itu tampil pertama kali di depan publik dalam sebuah pameran di Hong Kong pada 7-11 Oktober lalu. Dari sana akan melakukan perjalanan ke Los Angeles, London dan Dubai sebelum kembali ke New York pada Januari untuk dilelang. (tD/aleteia.org)