TEMPUSDEI.ID (14 OKTOBER 2021)-Saat Haiti perlahan pulih dari gempa bumi (14 Agustus 2021) yang menewaskan ribuan orang, kisah Pastor Albert Cator menginspirasi dan melahirkan rasa syukur.
“Tidak diragukan lagi bahwa tangan Maria ada di sana,” kata Pater Ellince Martyr, pemimpin provinsi dari Oblat Maria Imaculata (OMI), tempat Pater Cator adalah anggota. Sedangkan Jean Marcel Louis, juru bicara keuskupan Cayes (di selatan negara itu), mengatakan kepada Aleteia bahwa saat itu dia “segera memikirkan Bunda Kristus.”
Albert Cator berada di kamar mandi ketika gempa bumi yang mengerikan terjadi, membuatnya benar-benar kalut. Di Seminari Mazenod (sekitar 138 mil dari Port-au-Prince), rumah tiga lantai, dia tinggal di lantai pertama. Reruntuhan bangunan benar-benar menimpanya. Dia kemudian menunggu lebih dari lima jam untuk mendapatkan bantuan.
Di Rumah Provinsi di Port-au-Prince, Pater Albert Cator menghabiskan berjam-jam setiap hari. Dia agak trauma, duduk di halaman. Pikirannya terus-menerus beralih ke peristiwa malam itu. Apakah dia membutuhkan perawatan psikologis? Jawabannya jelas: “Doa dan dukungan komunitas saya sudah cukup,” katanya tenang. Sebuah bagian dari Alkitab secara khusus membawanya melalui cobaan berat ini: “Aku berseru, Tuhanku, Tuhanku.”
Max-Savi Carmel
Pastor yang mengalami gangguan penglihatan itu, sedang berada di kamar mandi ketika mendengar suara yang memekakkan telinga dan merasakan seluruh bangunan berguncang. “Tiga lantai runtuh. Guncangan keras dari kamar mandi tiba-tiba membuatku bingung,” Pater Cator menjelaskan. “Saya kemudian mengerti bahwa tidak ada yang terjadi secara kebetulan,” tambahnya lagi.
Tim penyelamat berusaha melepaskannya dari perangkap reruntuhan hanya dengan tangan kosong. Bersamaan dengan itu gempa susulan selalu mengancam. Gempa susulan ini terus memaksa mereka untuk mundur. “Tetapi ketika mereka mencapai saya, gempa susulan secara ajaib berhenti,” Pater Cator. “Itu adalah tangan Maria,” pungkas Pater tersenyum haru.
Untung Seminari Kosong
Reruntuhan menunjukkan betapa dahsyatnya goncangan itu. Seminari didirikan pada tahun 1816 oleh Eugene de Mazenod, seorang Prancis. Karena liburan musim panas, sekitar 20 seminaris dan karyawan tidak ada di tempat.
“Jika mereka ada di sana selama liburan, jumlah korban mungkin akan lebih tinggi,” kata Pater Jacques.
Sudah sering Pater Cator mengalami mukjizat. Pada tahun 2008, dia secara ajaib selamat dari bencana alam lain: banjir. Tepat ketika dia takut air akan menghanyutkan dirinya, sebuah penghalang tiba-tiba terbuka, mengosongkan rumah yang terisi hingga hampir melebihi kepalanya.
Dua tahun kemudian, dia berada di Port-au-Prince selama gempa bumi Januari 2010 yang menewaskan 250.000 orang. Dia mengalami kesulitan berjalan, dan Pater Cator tidak dapat menjelaskan “bagaimana dia mendapati dirinya berada di luar gereja dalam gempa bumi” ketika dia seharusnya memimpin Misa.
Sementara itu, meskipun mobilitasnya berkurang dan penglihatannya terganggu, ia berterima kasih kepada Bunda Maria dari lubuk hatinya. Dia berharap semakin banyak mukjizat untuk perkembangan iman di Gereja. (tD/aleteia)