Oleh Ans Gregory da Iry, Penulis buku, tinggal di Bogor
TEMPUSDEI.ID (26/10/21)-Hari Minggu, 24 Oktober 2021 adalah Hari Minggu Misi dalam kalender Liturgi Gereja Katolik se-Dunia. Karena itu dipersembahkan Misa khusus untuk mendoakan kelangsungan dan keberhasilan upaya-upaya misioner Gereja dalam penyebaran kabar gembira lnjil ke seluruh dunia.
Di lingkungan Seminari Tinggi Ledalero, khususnya di biara Simeon, rumah para biarawan senior, hari itu juga dirayakan peringatan ulang tahun ke 70 dalam imamat bagi Pater Alex Beding SVD, imam religius dan misionaris paling senior di Flores dan Nusa Tenggara Timur saat ini. Beliau saat ini berusia 97 tahun dan 13 Januari 2022 akan genap berusia 98 tahun.Alex Beding ditahbiskan sebagai imam di gereja paroki Nita pada 24 Oktober 1951 oleh Mgr. Antonius Thijssen SVD.
Karena situasi pandemi Covid-19 yang masih terjadi, maka perayaan ini dilangsungkan secara sederhana, dengan mengikuti protokol kesehatan yang ketat. Misa dipimpin oleh Provinsial SVD Ende, Pater Lukas Jua SVD, dihadiri kalangan terbatas, yakni anggota keluarga dari Lamalera, kampung halaman Alex Beding, dan komunitas Ledalero.
Saya menerima pesan mengenai perayaan ini lewat WA Sabtu pagi, dan Minggu pukul 05.00 WIB mengikuti misa secara virtual untuk ulang tahun Imamat tersebut. Meskipun agak kecewa karena gangguan-gangguan teknis, saya tetap bertahan sampai misa selesai.
Tokoh Gereja dan Masyarakat
Sudah banyak tulisan mengenai sang jubilaris Pater Alex Beding, yang dapat dibaca di internet atau buku-buku. Beliau adalah seorang tokoh Gereja dan tokoh masyarakat di Flores dan NTT, karena karya-karyanya di bidang publikasi dan media massa serta sebagai seorang pendidik/guru. Namanya selalu dikaitkan dengan peran dan kontribusinya di bidang pendidikan Imam di Seminari St. Johanes Berchmans, Mataloko, Ngada – Flores, karena pernah menjadi rektor dan direktur dari seminari tertua di Nusa Tenggara tersebut.
Dia juga adalah pastor pribumi, orang Flores pertama, yang memimpin lembaga pendidikan menengah calon-calon imam tersebut, setelah sebelumnya biasa dipegang oleh misionaris asing. Di sisi lain, Alex Beding juga adalah putra sulung Lembata yang menjadi imam, yang kemudian disusul puluhan orang lainnya yang menjadi imam bahkan ada juga yang menjadi uskup.
Setelah 10 tahun berkarya di Seminari Mataloko, 1960-1970, Alex Beding pindah ke Ende dan mendirikan dan memimpin penerbit Nusa Indah, disusul kemudian menerbitkan dan memimpin majalah dwimingguan DIAN (almarhum) serta majalah bulanan anak-anak KUNANG-KUNANG. Karya-karya inilah yang membuat pemerintah dan masyarakat Flores dan NTT mengapresiasinya sebagai tokoh pers dan publikasi. (bagian pertama-bersambung)