SUMBA, TEMPUSDEI.ID (14/11/21)-Awal November lalu, Albertus Gregorius Tan atau yang akrab disapa Greg kembali mengunjungi Pulau Sumba di NTT. Dia menyebut kedatangannya ke “Negeri Sabana” kali ini untuk berlibur sekaligus mengunjungi sejumlah gereja yang dia dan teman-teman bantu pembangunannya melalui Jala Kasih.
Salah satu gereja yang dia kunjungi kali ini adalah Gereja Santo Alfonsus Liguori, Ngaba Gela. Stasi ini bagian dari Kuasi Paroki St. Fransiskus Xaverius, Gollu Sapi, Wewewa Tengah, Sumba Barat.
Misi ke tempat ini Greg jalani bersama Valentina Tarihoran, seorang relawan Jala Kasih.
Meski umat di tempat ini sangat sederhana dan minim fasilitas, termasuk tidak memiliki bangunan gereja yang memadai, Greg dan Valentina menyaksikan sebuah pemandangan yang membesarkan hati tentang hidup dan perkembangan gereja ke mendatang.
“Mereka sangat kompak dan rukun, juga bersemangat meski kondisi mereka serba terbatas dan kekurangan. Yang selalu ditemukan dalam setiap kunjungan adalah ketulusan mereka dalam menyambut dan menerima kami,” ungkap Greg kepada tempusdei.id.
Dengan suasana tersebut, Greg mengaku sangat bahagia. Lelaki kelahiran Kamayoran, Jakarta ini memang merindukan perjumpaan dalam suasana sederhana dengan umat di berbagai pelosok negeri ini.
Penjemputan penuh sukacita dan ketulusan dengan kondisi yang “apa adanya” membuat Greg melihat adanya harapan. Bahkan, setiap kali berkunjung, alumnus UI merasakan suasana yang sama. Sayangnya, pada kunjungan kali ini Greg tidak sempat ikut Misa bersama umat di tempat ini sebab dia harus melakukan kunjungan ke beberapa tempat lain.
Greg menangkap, keinginan umat di tempat ini tidak berlebihan. Mereka hanya ingin memiliki sebuah tempat yang layak untuk beribadah dan merayakan ekaristi
Setelah melakukan beberapa kali kunjungan dan dengan cermat mempelajari berbagai hal pendukung tentang layak tidaknya umat di tempat ini untuk dibantu, Greg dan tim akhirnya memutuskan untuk membantu gereja di tempat ini.
Bantuan seperti apa? Greg dengan kemampuan berjejaring akan membangun sebuah gedung gereja untuk umat di tempat ini. Dengan demikian, inilah gereja ke-156 yang Greg dan tim bangun. 155 bangunan yang lain tersebur di seluruh pelosok Indonesia, termasuk beberapa yang lain ada di Sumba. Dan untuk pembangunan Gewreja Ngaba Gela, akan dilakukan penggalangan dana dimulai awal Desember 2021. Sambil menggalang dana, pembangunan gereja akan segera dimulai.
Tidak Berpangku Tangan
Meski mendapat bantuan, umat di tempat ini tidak hanya berpangku tangan sambil menunggu kunci gereja. Mereka bahkan sudah mengumpulkan pasir dan membuat batu potong sebagai bentuk swadaya. Umat juga akan berpartisipasi membantu tukang dengan melakukan pekerjaan-pekerjaan yang mereka bisa. Di stasi itu juga ada sekelompok ibu-ibu penenun yang dengan sukacita akan ikut ambil bagian melalui hasil tenunan mereka.
Saat ini Gereja Ngaba Gela memiliki umat sabanyak 48 KK atau 245 kepala. Mekar dari dari pusat paroki pada Januari 2020. Semula, umat setempat berusaha mendirikan bangunan gereja sederhana atau “gereja gubuk” tapi dibongkar paksa oleh pihak-pihak yang tidak menginginkan Gereja Katolik hadir di tempat itu. Namun, umat di sana gigih dan bersatu sehingga berusaha untuk membangun kembali gereja itu. Kunjungan pastor dan pendampingan yang dilakukan secara intensif di tempat itu malah membuat banyak orang terpanggil menjadi Katolik.
Kondisi gereja tentu sangat tidak layak. Selain sempit, mengalami kebocoran di sana-sini, berlantai tanah, dinding-dindingnya yang dari bambu sudah banyak yang terlepas. Bangku terbuat dari kayu-kayu bulat yang diambil dari sekitar.
Greg mengajak Pembaca tempusdei.id atau siapa pun untuk membantu umat di tempat ini merealisasikan keinginan mereka memiliki tempat yang layak.
Jika Pembaca ingin tahu lebih banyak tentang karya Greg, juga ingin berdonasi, silakan klik jalakasih.com. (tD/DLE)