Oleh Simply da Flores, Harmony Institute
Untuk Saudara-saudari Papua
Di Tanah Papua ini
di bumi Kasuari
di alam rumah Cendrawasih
di negeri pantai pasir putih
Kami bernafas dalam tanya
detak jantung kami mengalirkan tanya dalam darah
kapankah ada damai di sini untuk kelangsungan hidup kami orang Papua
mengapa kami terlahir di tanah Papua
Hari-hari kami disinari 1000 tanya membakar
Malam-malam kami diselimuti sejuta tanya menutup mata kami melihat purnama dan bintang-bintang
1000 tanya kami dan sejuta ketakutan kami belum temukan jawaban pasti dan damai bagi jiwa raga
hanya duka lara
hanya air mata
hanya lara nestapa
hanya sakit dan luka
hanya darah
Kasuari berdarah dan luka parah
Cendrawasih berdarah dan sayapnya patah
Tifa tak jelas berbunyi
karena dibasahi darah
Pohon sagu berlumur darah dan mercuri
udang dan kepiting berkubang darah dan limbah tambang
hutan gundul dibakar kerakusan dan darah
ubi dan keladi
juga berlumur darah
sirih pinang pun terasa bau darah
Darah para moyang berperang antar suku
darah para pejuang mempertahankan hak
darah para martir menyatakan harkat
darah saudaraku korban peluru
darah sahabatku
yang dicap perusuh
darah generasi yang dibilang teroris
Darah putra putri pewaris negeri ini
Papua tanah terjanji
Papua tanah damai
Papua yang kaya ini
Kami tidak minta terlahir di sini
Tetapi Sang Maha Cinta takdirkan kami ada dan terlahir di Papua
Kami juga adalah sesama manusia
Kami juga citra dan ciptaan Allah
Mengapa darah kami harus mengalir
demi kalian pemilik kuasa dan investasi
Mengapa kami harus dibasmi di tanah ini?
Agar kekayaan alam ini bisa kalian miliki?
Mengapa !!??
Dari tujuh wilayah adat budaya Papua
kami sekalian anak-anak suku
hanya bisa berseru:
“Ya, Pencipta semesta
hentikan darah di Papua, Bumi Kasuari
nyatakan bahwa Engkau Maha Kuasa
dan Engkau tidak keliru lahirkan bangsa Papua di bumi kasuari
Di tanah Cendrawasih”
Inilah suara jiwa dan sepenggal doa kami
putra-putri pewaris Papua – negeri pantai pasir putih
yang masih mau hidup di tanah ini
Papua…!.
Papua… !
O…. Papua