Lagu-lagumu telah membuat hati dan jiwa kami bernyanyi dan bersenandung memuji Tuhan Maharahim, Allah kita bersama. Dengan demikian benarlah yang dikatakan Santo Agustinus dari Hippo qui bene cantat bis orat atau barang siapa bernyanyi dengan baik, dia memuji Tuhan dua kali.
Mungkin atau malah pasti Anda pernah mendengar atau malah sering mendendangkan lagu Hidup Ini adalah Kesempatan. Lagu ini sangat viral di antara komunitas kristiani. Di luaran pun lagu ini banyak dinyanyikan orang, bahkan dengan penuh penghayatan. Melodi yang enak didukung lirik yang sederhana nan menyentuh membuat lagu ini cepat melekat dalam ingatan dan hati. Dengan lagu ini pula, banyak orang terajak memaknai seluruh hidup dengan segala turun naiknya sebagai sebuah kesempatan untuk melayani Tuhan dan sesama.
Meski lagu tersebut seterkenal itu, tidak banyak yang tahu siapa pencipta lagu tersebut. Hal ini tidak mengherankan karena karya biasanya lebih besar dari pemilik karya itu. Walau dalam arti tertentu, hal ini menyedihkan, tapi dari sudut pandang yang lain bisa dikatakan, inilah keberhasilan seorang pencipta.
Pencipta lagu tersebut adalah Wilhelmus Latumahina, seorang pendeta yang amat mencintai panggilannya dan selalu hadir menguatkan umat dengan lagu-lagu gubahannya. Ia meninggal pada 12 Mei 2020 pada usia 62 tahun di sebuah rumah sakit di Ciputat, Tangerang Selatan, Banten.
Lagu Hidup adalah Kesempatan dirilis tahun 2015, namun baru belakangan viral dan dinyanyikan di mana-mana. Lagu tersebut digubah oleh Pdt. Wihelmus dan dinyanyikan oleh Darmawan Soetedjo, Susanto Wibowo, Timotius Sumaraw, Loderman Sagala, Ray Stephen, Hutama Tedja, Aswan Madutujuh dan Olga Victoria dalam album Hidup Ini adalah Kesempatan. Dan dalam album terbaru Herlin Pirena berjudul Pujilah Tuhan Hai Jiwaku lagu ini pun tersua.
Pesan Mendalam
Lagu tersebut membawa pesan atau ajakan yang sangat kuat soal pilihan melayani Tuhan. Melalui karyanya ini, Pdt. Wilhelmus memantik kesadaran bahwa pada diri setiap orang terbaptis melekat predikat sebagai pelayan. Dan kesediaan melayani merupakan bentuk rasa syukur orang yang bersangkutan atas karya besar Allah dalam diri Yesus Kristus yang telah merelakan diri datang ke dunia, melayani, mengalami derita disiksa, mati dan bangkit mulia dari alam maut.
Melalui lagu ini manusia disadarkan kembali bahwa hidupnya berada dalam sebuah rentang waktu dan adalah sebuah kesempatan. Manusia tidak memiliki banyak waktu di dunia ini bahkan tak seorang pun tahu kapan Tuhan akan memanggil. Banyak orang diberikan kesempatan untuk hidup lebih lama, tetapi ada pula orang yang diberikan kesempatan hidup hanya sebentar saja. Ini bukan tentang berapa lama waktu yang Tuhan berikan, namun seberapa efektif kita menggunakan waktu yang Tuhan berikan.
Jadi, jangan sia-siakan kesempatan ini dengan melakukan hal-hal yang Tuhan tidak kehendaki. Setiap orang dipanggil menggunakan kesempatan hidup untuk memberkati orang lain. Memberkati orang lain sejatinya bisa dilakukan dengan banyak hal, juga melalui hal-hal sederhana!
Simak lirik yang sederhana, namun sangat mengena ini:
Verse
Hidup ini adalah kesempatan/ Hidup ini untuk melayani Tuhan/ Jangan sia-siakan apa yang Tuhan b’ri/ Hidup ini harus jadi berkat
Reff :
Oh.. Tuhan pakailah hidupku/ Selagi aku masih kuat/ Bila saatnya nanti/ Ku tak berdaya lagi
Hidup ini sudah jadi berkat//
Jika ditengok ke masa silam, lagu ini lahir dari peristwa sedih yang penggubah alami. Oleh karena sebuah kecelakaan pada 2004, seorang anaknya yang baru berumur 17 tahun meninggal. Dalam permenungan dan kesedihan yang mencekam, Tuhan “menaruh” dalam hati Wilhelmus sebuah frase “Hidup ini adalah kesempatan”. Tidak lama atau malah bersamaan dengan itu mengalirlah nyair, kata demi kata. Kata-kata itu bertautan dengan firman Tuhan yang berbunyi: Ada pun manusia hari-harinya seperti rumput, seperti bunga di padang, apabila datang panas terik, maka rumput menjadi kering sehingga gugurlah bunganya. Melodi pun mengalir begitu saja, yang segera Wilhelmus olah. Maka jadilah sebuah lagu yang indah.
Bait kedua lagu diambil dari ayat firman Tuhan: Ada pun hari-hari hidup manusia seperti rumput, seperti bunga di padang, apabila datang panas terik, maka rumput menjadi kering sehingga gugurlah bunganya.
Setiap detik, menit, jam, hari, minggu, bulan, sampai tahun-tahun hidup itu sesungguhnya adalah sebuah kesempatan yang dianugerahkan Tuhan.
Saat mendengar lagu Hidup Ini Adalah Kesempatan kita diingatkan bahwa keberadaan kita adalah sebuah kesempatan besar. Sama halnya seperti Yeremia dan Daud, Tuhan menciptakan kita untuk tujuan besar. Salah satunya adalah memiliki kesempatan untuk melakukan hal-hal baik dan yang memuliakan Tuhan.
Di lirik lagu ini dituliskan bahwa kita memiliki kesempatan untuk melayani Tuhan dan bisa menjadi berkat buat orang lain. Itu artinya, hidup kita bukan sesuatu yang sia-sia atau tidak penting. Sebaliknya, Tuhan mau kita memakai sisa hidup kita maksimal dan berguna bagi orang lain.
Pendeta Wilhelmus, terima kasih atas pelayananmu selama ini. Terima kasih pula atas melodi-melodi dan syair-syairmu yang telah banyak menemani hari-hari hidup kami. Lagu-lagumu juga telah membuat hati dan jiwa kami bisa bernyanyi dan bersenandung dengan baik. Dengan demikian benarlah yang dikatakan oleh Santo Agustinus dari Hippo qui bene cantat bis orat – barang siapa bernyanyi dengan baik, dia memuji Tuhan dua kali. Kami pun telah beratus-ratus atau beribu kali memuji Tuhan oleh karena lagu-lagumu, Pak Latumahina. Requiescat in Pace!
EMANUEL DAPA LOKA/DAS
Luar biasa Tuhan memakai diri Bpk Pdt. Welhelmus Latumahina sebagai saluran berkatNya untuk menyadarkan kita manusia supaya kita gunakan waktu secara efektif dalam melayani Tuhan dan sesama. Sebab sebagai orang yang mengimani Yesus Kristus, kita diberi tugas untuk melayani bukan dilayani. Terima kasih Bpk Pdt W Latumahina atas jasamu lewat lagu-lagu rohani utk kami yg msh hidup. Selamat kln kekasih Tuhan memberkatimu. Amin