Oleh Pater Kimy Ndelo, CSsR, Provinsial Redemptoris
Setiap hari Minggu kita mengakui melalui Syahadat, “…yang naik ke Surga, duduk di sebelah kanan Allah Bapa Yang Mahakuasa”.
Pemahaman akan “Kenaikan Yesus” paling erat kaitannya dengan pemahaman akan “Natal”. Pada peristiwa Kelahiran, kemanusiaan dan keilahian menjadi satu dalam Pribadi, yakni Yesus. Yesus adalah manusia sejati sekaligus Allah sejati. Itulah yang dimaksudkan dengan Inkarnasi: Allah turun menjadi manusia.
Pada kutub yang berbeda, dalam peristiwa Kenaikan, manusia ini – pribadi dan tubuh hidup Yesus yang telah dibangkitkan – kembali pada hakikat-Nya yang sejati, darimana Dia berasal. Ungkapan yang sederhana tentang ini adalah “Yesus naik dan duduk di sebelah kanan Allah Bapa”. Dia menjadi satu kembali dengan Dia yang mengutus-Nya.
Yang naik ke Surga adalah Tubuh Yesus yang hidup dan bangkit. Tubuh yang telah disentuh oleh para murid, tubuh yang di dalamnya Dia sendiri telah makan dan minum bersama mereka sebelum dan sesudah kebangkitan-Nya, tubuh yang nyata, fisik, dengan tanda-tanda paku dan tombak tetapi dipulihkan secara mulia.
Kembalinya Yesus berarti misi-Nya di dunia telah tercapai. Ini adalah puncak dari penugasan Yesus tetapi belum penutup atau akhir dari misi itu sendiri.
Dengan istilah “duduk di sebelah kanan Bapa” kita ingat akan gambaran nabi Daniel tentang Anak Manusia: “Kepadanya telah diberikan kekuasaan dan kemuliaan dan kerajaan, agar semua bangsa, suku, dan bahasa melayani Dia; kekuasaan-Nya adalah kekuasaan yang kekal, yang tidak akan berlalu, dan kerajaan-Nya yang tidak akan binasa’”
Dengan kuasa ini, Dia sendiri yang mengendalikan rencana keselamatan yang berkelanjutan melalui Roh Kudus, tidak dibatasi oleh waktu, ruang, atau budaya. Itulah sebabnya Yesus berjanji kepada murid-murid-Nya “Sesungguhnya, Aku menyertai kamu senantiasa…” (Mat 28:20).
Penyertaan ini bukan sekadar jalan-jalan melainkan dalam rangka meneruskan karya pewartaan Injil: “Tetapi kamu akan menerima kuasa, kalau Roh Kudus turun ke atas kamu, dan kamu akan menjadi saksi-Ku di Yerusalem dan di seluruh Yudea dan Samaria dan sampai ke ujung bumi.” (Kis 1:8).
“Karena itu pergilah, jadikanlah semua bangsa murid-Ku dan baptislah mereka dalam nama Bapa dan Anak dan Roh Kudus, dan ajarlah mereka melakukan segala sesuatu yang telah Kuperintahkan kepadamu.” (Mat 28:19).
Sebuah kisah lama yang indah menceritakan bagaimana Yesus, setelah kenaikan-Nya ke Surga, dikelilingi oleh para Malaikat Suci yang mulai menanyakan tentang pekerjaan-Nya di bumi.
Yesus memberi tahu mereka tentang kelahiran, kehidupan, khotbah, kematian, dan Kebangkitan-Nya, dan bagaimana Dia telah menyelesaikan keselamatan dunia.
Malaikat Gabriel bertanya, “Nah, sekarang setelah Anda kembali ke Surga, siapa yang akan melanjutkan pekerjaan Anda di bumi?”
Yesus menjawab, “Ketika saya di bumi, saya mengumpulkan sekelompok orang di sekitar saya yang percaya kepada saya dan mencintai saya. Mereka akan terus menyebarkan Injil dan melanjutkan pekerjaan Gereja.”
Gabriel bingung. “Maksudmu Petrus, yang menyangkalmu tiga kali dan yang lainnya melarikan diri ketika kamu disalibkan? Anda bermaksud memberi tahu kami bahwa Anda meninggalkan mereka untuk melanjutkan pekerjaan Anda? Dan apa yang akan Anda lakukan jika rencana ini tidak berhasil?”
Yesus berkata, “Saya tidak punya rencana lain – rencana itu harus berhasil. Saya mengandalkan mereka!”
Sungguh, Yesus tidak memiliki rencana lain selain bergantung pada upaya para pengikutnya! Dan itu adalah kita.
Salam dari Biara Novena “Maria Bunda-Nya yang Selalu Menolong’ (MBSM), Kalembu Nga’a Bongga. Weetebula, Sumba “tanpa wa”