Oleh Anthony Dio Martin
Mama saya selalu punya cara menarik untuk mengispirasi kami, anak-anaknya. Caranya adalah bercerita. Dan inilah salah satu ceritanya yang menginspirasi saya untuk selalu rajin membaca.
Di China, hiduplah seorang anak yang sangat miskin. Setiap hari, pekerjaannya adalah menjajakan kue-kue. Salah satu tempat yang paling disukainya adalah sekolah. Ketika anak-anak bersekolah, si anak penjual kue inipun duduk mengamati dari luar anak-anak yang sedang belajar. Ia selalu mengikutinya dari luar. Dan tatkala, anak-anak istirahat, iapun sibuk menjajakan kuenya.
Suatu hari, salah seorang guru mengajukan pertanyaan pengetahuan umum yang amat susah. “Tidak ada yang tahu jawabannya?” tanya si guru. “Yang bisa menjawab akan saya kasih hadiah!”. Tetap saja, tidak ada yang bisa menjawab. Tapi tiba-tiba ada suara teriakan kecil yang menjawab. Dan ternyata jawabannya benar. “Siapa yang berhasil menjawab itu?” tanya sang Guru. Murid-murid bingung karena tidak ada respon dari dalam kelas. Dan akhirnya murid yang duduknya di dekat pintu malah menunjuk ke luar jendela. Dan di luar jendela sana, berdirilah di anak penjaja kue itu. Dengan terkejut, si Guru pun memanggil si anak penjaja kue itu. Si Guru pun bertanya, “Bagaimana kamu bisa tahu, kan kamu tidak pernah sekolah sebelumnya? Dan rasanya tidak mungkin orang tuamu yang mengajarimu tentang hal ini”. Dengan agak tertunduk, si anak kecil itu menjawab, “Bapak Guru. Maafkan Pak. Itu dari membaca. Tiap malam saya suka membaca dari kertas koran dan majalah bekas yang sering dipakai untuk bungkus belanjaan”.
Karena melihat betapa bersungguh-sungguhnya anak ini untuk sekolah. Akhirnya, si anak itupun diberikan hadiah yang istimewa. Bisa bersekolah sampai lulus. Dan kelak, anak ini menjadi salah satu anak yang sukses hidupnya.
Membaca yang Mengubah
Wow! Begitulah respon saya ketika saya mendengar kisahnya itu. Saya tahu, Mama saya yang nota bene buta huruf, justru sedang menginspirasi saya untuk membaca. Membaca sungguh membebaskan kita sekaligus juga mengubah pandangan, persepsi serta wawasan.
Karena itulah saya pun teringat kisah Helen Keller yang luar biasa. Ia mempunyai seorang pendamping yang luar biasa, namanya Ann Sullivan yang mengubah hidupnya. Dan hadiah terpenting bagi Helen Keller yang buta adalah tatkala untuk pertama kalinya, ia bisa membaca! Helen Keller mengatakan, itulah masa dirinya dibebaskan!
Bagaimana Membaca Bisa Mengubah?
Ketika kecil, hidup kami begitu sulit. Satu-satunya hiburan yang tersedia adalah radio atau buku. Radio pada waktu itu terlalu banyak memutar lagu-lagu orang dewasa yang tidak terlalu saya suka. Makanya, pelarian saya adalah membaca.
Saya mulai dari komik, hingga bacaan-bacaan motivasional. Saya masih ingat, bacaan saya di kelas IV adalah bukunya Dale Carnegie, Cara mencari Kawan dan Mempengaruhi Orang! Serius, saya membacanya di kelas IV SD! Bayangkan. Sambil bersama teman-teman, masih main gundu (kelereng) dan layangan, saya sudah tahu prinsip membangun relasinya Dale Carnegie: “Nama adalah kata paling merdu di telinga setiap orang”. Saya tahu karena saya membacanya. Saya juga membaca buku-buku motivasi lainnya yang saya pinjam dari kakak-kakak saya. Saya membaca dengan rakus. Sungguh bersyukur, semua bacaan itu kelak berefek baik.
Selain sebagai pelampiasan dari tidak adanya hiburan karena kondisi keluarga kami yang sangat susah, bacaan itu membuka wawasan saya. Membuat saya jadi tahu banyak (karena itulah sewaktu di SMP saya pun menjadi tim inti Lomba Cerdas Cermat serta pernah mempersembahkan piala besar untuk sekolah!).
Tapi efek terbaik dari bacaan sebenarnya adalah bagaimana bacaan itu mengubah sikap mental saya. Tanpa disangka, bacaan dan kisah-kisah inspirasional itu meresap masuk ke alam bawah sadar. Saya pun menjadi lebih tegar, lebih optimistis dan lebih pantang menyerah. Jadi, meskipun kehidupan masa kecil saya begitu sulit (saking sulitnya dulu kami makan nasi dengan lauk hanya garam atau kecap!). Tetapi, dalam batin, kami begitu optimistis berkat kisah-kisah yang dibaca dari buku.
Membaca Untuk Orang Dewasa
Ketika beranjak dewasa, kebiasaan membaca pada kebanyakan orang hilang. Khususnya setelah sekolah, banyak yang tidak punya waktu atau tidak lagi terbiasa membaca. Alasan paling banyak? Tidak banyak waktu! Alasan sebenarnya? “Malas!” Atau, “nggak penting!”
Sebenarnya, paling tidak ada 3 alasan penting membaca masih diperlukan bagi orang dewasa!
Pertama, kadang hidup kita begitu-begitu saja, karena pengetahuan kita sudah mentok! Alias, karena pengetahuan kita sudah terbatas. Jadi, kalau mau hidup kita menjadi lebih baik, maka pengetahuan atau isi kepala kita perlu di-upgrade. Caranya? Ya, membacalah!
Kedua, kadang jawaban atas persoalan dan permasalahan kehidupan kita sebenarnya telah banyak dituangkan orang dalam bentuk tulisan. Di internet banyak orang sharing dalam bentuk tulisan mengenai hal apa pun. Jadi, sebenarnya jawabannya sebenarnya ada. Hanya saja, pernahkah kita meluangkan waktu untuk membaca jawabannya.
Ketiga, pengetahuan membuat kita selangkah di depan. Iya dong. Logikanya ketika seseorang tahu mengenai sesuatu duluan, maka dialah yang akan memimpin orang yang belum tahu. Entah dalam obrolan, entah dalam keputusan, entah dalam aspek apa pun. Pengetahuan adalah kekuatan. Kekuatan yang membuat kita lebih baik, lebih maju dan lebih tahu dibandingkan orang-orang yang tidak pernah membaca. Karena itulah, hanya dengan modal membaca saja, kitapun bisa menasihati orang yang tidak pernah tahu, karena dia tak pernah baca.
Jadi, tidak ada alasan untuk mengatakan kita tidak punya waktu untuk membaca. Sekali lagi. Jangan-jangan, itu hanyalah alasan kita karena malas membaca!
Anthony Dio Martin adalah Best EQ Trainer Indonesia, direktur HR Excellency, psikolog, speaker, penulis buku-buku best seller, host program Smart Emotion di radio SmartFM Jakarta. IG: @anthonydiomartin dan website: www.hrexcellency.com. Informasi seminar dan training: 021-3862521 atau email: [email protected]