Yustina Dwi Sukati, S.Pd, Guru SMK Yos Sudarso Kawunganten, Cilacap
D alam dunia pendidikan, beberapa tahun terakhir sering sekali kita mendengar kata literasi, lebih tepatnya semenjak isu Ujian Nasional (UN) akan dihilangkan sebagai penilaian akhir yang menentukan kelulusan setiap peserta didik dari jenjang pendidikan sebelumnya.
Lalu apa literasi itu? Nasional Institut for Literacy mendefinisikan literasi adalah kemampuan individu untuk membaca, menulis, berbicara, menghitung, dan memecahkan masalah pada tingkat keahlian yang diperlukan dalam pekerjaan, keluarga, dan masyarakat. Literasi sebenarnya memiliki arti yang luas.
Namun demikian, pembudayaan literasi memiliki dampak yang sangat penting bagi peningkatan SDM sehingga dapat memajukan suatu bangsa. Suatu artikel mengatakan bahwa berdasarkan rata-rata Indeks Aktivitas Literasi Membaca (Alibaca) yang disusun oleh Kementrian Pendidikan dan Budaya (Kemendikbud) pada tahun 2019, hasilnya masih cukup membuat miris. Alibaca Indonesia masih tergolong rendah di mana poinnya hanya 37,32 dari 100.
Pembudayaan literasi ini sebenarnya bisa dilakukan sejak dini, bahkan tidak perlu memiliki pendidikan khusus untuk melakukannya. Orang tua yang menanyakan aktivitas anak selama bermain dengan teman-temannya dan akhirnya anak bercerita merupakan salah satu contoh pembiasaan literasi. Lebih dini lagi, orang tua bisa membacakan dongeng atau cerita pada anak-anak sejak mereka masih kecil, bahkan sebelum mereka mampu berkata-kata.
Aktivitas mendongeng ini mempunyai banyak sekali manfaatnya untuk anak-anak, diantaranya membantu pengembangan kemampuan literasi sejak dini, meningkatkan keterampilan pemecahan masalah positif, serta memicu kreativitas.
Aktivitas mendongeng yang dilakukan sejak dini oleh orang tua kepada anaknya sangat bermanfaat sekali untuk mengenalkan kosakata-kosakata baru kepada anak, terutama dilakukan saat anak mulai belajar berbicara. Anak yang terbiasa mendengar cerita juga lebih cepat memahami perintah dibandingkan dengan yang tidak pernah dibacakan cerita.
Keingintahuan anak tentang suatu hal juga ditunjukkan dengan seringnya anak menanyakan segala sesuatu yang didengar atau dilihatnya. Misalnya, saat mendengarkan cerita tentang gajah yang berbelalai panjang, anak bisa bertanya “apa itu belalai?”, “gajah makan apa?”, dan lain sebagainya. Semakin banyak kata yang anak dengar saat orangtuanya mendongeng, semakin baik pula kemampuan bahasa mereka kelak.
Manfaat membacakan dongeng sebelum tidur juga dapat menjadi cara untuk melatih kemampuan berpikir anak. Informasi yang anak terima juga dapat membantu mengembangkan sisi kreatif otaknya karena si kecil akan terpancing untuk memiliki rasa ingin tahu yang lebih dan lebih lagi. Rasa keingintahuan atau penasaran ini menjadi cikal bakal ketrampilan anak untuk memecahkan masalah secara positif.
Imajinasi memiliki peranan penting dalam perkembangan anak. Imajinasi dapat mendorong si kecil berpikir kreatif dan cepat dalam menganalisa sesuatu. Supaya imajinasi anak dapat berkembang dengan baik, maka orangtua perlu memberikan rangsangan, yaitu dengan mendongeng. Tidak sembarang dongeng bisa kita bacakan untuk anak, dongeng yang mempunyai nilai positif yang bisa kita ceritakan ke anak.
Membuat pembiasaan baru memang tidak semudah membalikkan telapak tangan, namun jika hal tersebut dilakukan dengan cara yang menyenangkan dan tidak membosankan, tentulah hasilnya akan sangat membanggakan. Marilah mendongeng untuk putra putri kita tercinta, untuk penerus bangsa yang siap berjuang membanggakan nusa & bangsa dengan segudang prestasi yang ada. SALAM LITERASI!